TEMPO.CO, Jakarta - Demensia diartikan sebagai kumpulan gangguan kognitif yang mempengaruhi fungsi kehidupan sosial sehari-hari alias pikun. Demensia biasanya menyerang mereka yang lanjut usia, yakni usia 65 tahun ke atas. Namun, tak semua orang yang berumur 65 tahun ke atas pikun.
Ketua Divisi Neurobehavior Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Diatri Nari Lastri menyebutkan ada orang tua yang fungsi pikirannya masih bagus. Ada pula yang daya ingatnya menurun namun jika dibandingkan dengan kelompok orang berusia 60 tahun ke atas, fungsi otaknya masih bagus.
"Kondisi ini disebut age associated memory impairment. Dalam tingkat yang lebih parah, disebut mild cognitive impairment yakni fungsi kognitifnya menurun. Namun masih bisa mengerjakan banyak hal secara mandiri bahkan berobat pun masih bisa mengurus dokumen sendiri," demikian Diatri menjabarkan demensia, di Jakarta, pekan ini. Baca: Depresi dan Eating Disorder, Begini Demi Lovato Mengatasinya
Demensia adalah kumpulan gejala atau sindrom. Sindrom demensia itu paling banyak disebabkan oleh alzheimer. Secara sederhana, alzheimer adalah kelainan yang ditandai dengan penurunan daya ingat, pikir, bicara, serta perubahan perilaku akibat gangguan otak. Gangguan ini bersifat progresif atau perlahan.
Tak ada yang menginginkan anggota keluarganya mengalami demensia. Jika salah satu anggota keluarga Anda mengalaminya, Diatri menyarankan 2 hal untuk Anda lakukan. Pertama, keluarga harus menerima saat salah satu anggotanya mengidap demensia. Terimalah fakta bahwa ia mengalami kerusakan otak. Kadang atau malah seringkali ia berlaku menyebalkan. Baca: 6 Furnitur Awal yang Harus Dibeli untuk Rumah Baru
"Misalnya, pertanyaan yang sama diulang-ulang dalam hitungan menit. Anda bisa jadi tidak sabar lalu kesal. Kadang, ada gangguan perilaku berupa terlalu curiga. Kondisi ini membuat pasien rawan cekcok dengan anggota keluarga lainnya," kata Diatri.
Ia melanjutkan, "Kedua, ajak anggota keluarga yang mengalami demensia menjalani terapi obat yang fungsinya memperkuat memori sementara proses kerusakan otak berjalan terus. Obat ini menjaga zat-zat neurotransmiter yakni bahan kimia yang dilepaskan oleh terminal sel saraf. Gunanya untuk menyampaikan informasi dari sel saraf ke sel saraf lainnya."