TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang mengatakan bisnis dan keluarga harus dipisahkan. Membangun bisnis bersama dengan pasangan bisa mengancam keseimbangan kehidupan pribadi. Padahal membangun bisnis dengan pasangan tanpa merusak kehidupan pribadi sangat mungkin dilakukan. Bagaimana caranya?
Prinsip membangun bisnis bersama pasangan sebenarnya sama saja berkongsi dengan orang lain. Perbedaannya hanyalah kebetulan teman bisnis Anda juga berstatus sebagai pasangan Anda. Psikolog Rose Mini Adi Prianto mengatakan membangun bisnis bersama dengan pasangan bisa berjalan dengan baik apabila setiap pihak menyadari porsi dan tugasnya masing-masing. “Perlu disadari, meski partner bisnis Anda adalah pasangan Anda, bisnis itu dibangun oleh dua orang yang berbeda. Jika terjadi kesalahpahaman, bukan tidak mungkin akan berdampak ke kehidupan pribadi ataupun bisnis yang dibangun,” ujar psikolog yang akrab disapa Bunda Romi tersebut. Berikut ini kiat agar bisnis yang dijalankan dengan pasangan bisa berjalan mulus. Baca: Cara Jitu Potret Minuman Dingin dan Panas dengan Ponsel
1. Sepakati tujuan bersama
Hal pertama yang harus dilakukan ketika ingin membangun bisnis bersama dengan pasangan adalah membicarakan tujuan, visi, misi, proses menjalankan, pembagian tugas, hingga pembagian keuntungan. “Sebelum memulai bisnis bersama dengan pasangan, bicarakan semua hal ihwal bisnis tersebut, dari A sampai Z, agar dari awal semua hal menjadi jelas. Jika tidak, andai terjadi hal yang tidak diprediksi, pasti akan keteteran menghadapinya. Setiap keputusan harus dirundingkan terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari salah paham,” ujar Bunda Romi.
2. Perlu legalitas
Meski membangun bisnis dengan pasangan sendiri, Anda tetap harus membuat legalitas hitam di atas putih alias surat perjanjian. Hal itu untuk memperjelas tugas, pembagian hasil, dan melindungi aset masing-masing. “Sebenarnya, legalitas menjadi penting ketika seseorang akan membangun bisnis bersama rekanan meski itu adalah pasangan atau keluarga sendiri. Kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Jika terjadi perpecahan, misalnya, dan tidak bisa dimusyawarahkan, jalur hukum bisa membantu lewat surat perjanjian yang dibuat sebelumnya. Pembagian keuntungan atau jika ada kerugian, tindakan yang akan ditempuh mudah karena sudah ada di surat perjanjian itu,” katanya.
3. Bersikap profesional
Sikap profesional diperlukan meski rekanan bisnis itu adalah pasangan Anda sendiri. Anda dan pasangan harus bisa memilah antara urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tidak disarankan mengambil keputusan bisnis berdasarkan suasana hati. “Tidak harus menerapkan hubungan profesional yang kaku, misal, dalam berbicara atau memperlakukan pasangan seolah dia adalah karyawan atau atasan,” tutur Bunda Romi. Baca: 4 Cara Akali Makan Siang demi Jaga Berat Badan
4. Jangan lupa keluarga
Yang harus diperhatikan selanjutnya, menetapkan batas-batas antara bisnis dan keluarga. Jangan sampai kesibukan bisnis menyita terlalu banyak waktu Anda sehingga tugas mengurus pasangan dan keluarga terbengkalai. “Sekarang banyak wanita yang memilih membangun bisnis online karena pertimbangan waktu yang lebih fleksibel. Namun, pada kenyataannya, justru waktu kerja mereka menjadi tidak beraturan. Alhasil, urusan keluarga terbengkalai dan awal dari pertikaian. Ingat, keluarga adalah yang utama,” kata Bunda Romi.