TEMPO.CO, Jakarta - Sampai saat ini Ada pun kanker paru merupakan salah satu penyakit penyebab kematian utama di Indonesia dan dunia.
Menurut laporan Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada 2015, dari 668 kasus keganasan rongga torak yang tercatat, sebesar 75 persen merupakan kasus kanker paru.
Baca juga:
Etika di Medsos ala Youtuber; Jangan Asal Posting Demi Views
Insidious Sukses Besar, Efek Kostum atau Kisahnya? Ini 4 Faktanya
Unggah Konten Bunuh Diri, Karier Logan Paul di Youtube Terancam
Selain itu, angka kelangsungan hidup kanker paru juga rendah. Tercatat, hanya 15 persen penderita pasien kanker paru yang bisa bertahan hidup sampai 5 tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka tahan hidup kanker kolon (61 persen), kanker payudara (86 persen), dan kanker prostat (96 persen).
Salah satu penyebab rendahnya angka kelangsungan hidup ini adalah keterlambatan diagnosis. Tercatat, hampir 70 persen pasien kanker paru ditemukan di tahap stadium lanjut, sehingga pilihan pengobatan menjadi terbatas dan tidak maksimal.
Menurut Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, Anwar Jusuf, deteksi dini kanker paru menjadi sulit karena paru-paru tidak mempunyai saraf sehingga penderita terkadang tidak merasakan sakit sama sekali sampai akhirnya kondisi penderita sudah parah.
Menurutnya, selama ini dokter paru menggunakan dua metode untuk mendeteksi dini kanker paru, yaitu melalui pemeriksaan dahak, dan foto rontgen, tetapi semua metode tersebut memerlukan biaya yang tidak murah dan tidak mudah dilakukan.
Belum lama ini, Doktor Biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Achmad Hudoyo menciptakan inovasi deteksi dini kanker paru melalui hembusan napas dengan menggunakan balon karet.
Achmad berharap metode yang ia temukan ini dapat meningkatkan harapan hidup para penderita kanker paru dengan cara mendeteksi dini kanker paru sedini mungkin.
Selain itu, ia juga ingin membantu para penderita pasien paru di daerah-daerah yang belum terjangkau pelayanan kesehatan karena dengan metode ini deteksi dini kanker paru dapat dilakukan melalui pengiriman pos.