TEMPO.CO, Jakarta - Widi Mulia menceritakan tentang kehidupan pernikahannya dengan Dwi Sasono. Tahun pertama pernikahan adalah masa-masa penuh kejutan, katanya. "Ternyata banyak perbedaan yang tak ditemui semasa pacaran," kata Widi saat mengunjungi Kantor Tabloid Bintang belum lama ini.
Widi serta Dwi bertahan dan membuktikan perbedaan bukanlah penghalang untuk mencapai kebahagiaan.
Baca juga:
Pemakaman, Biayanya Bisa Sampai 8 Triliun, Simak 8 Contoh Ini
Etika di Medsos ala Youtuber; Jangan Asal Posting Demi Views
Insidious Sukses Besar, Efek Kostum atau Kisahnya? Ini 4 Faktanya
“Aku pernah ada rasa, 'Oh, begini, ya namanya berumah tangga. Kok enggak enak banget, ya. Kenapa aku harus mikirin dia?' Akhirnya kami bisa menemukan jalan tengah. Harus sama-sama berkorban. Kalau kita semua berusaha, dari komunikasi, memperbaiki sikap, dan mengubah cara pandang, selalu ada hasil positif. Tahun demi tahun dilewati, kami bisa berubah lebih baik. Segala kekhawatiran bahwa kalau kita menikah akan menjadi sosok yang lain hanya terjadi di pikiran sendiri,” ungkap Widi.
Widi melahirkan anak pertama laki-laki pada 27 Mei 2008. Kehadiran Dru Prawiro Utomo melengkapi kebahagiaan Widi dan Dwi. Mereka saling bahu-membahu mengasuh Dru.
Baca Juga:
Namun ketika anak kedua, Widuri Putri Sasono lahir, mereka dihadapkan pada situasi sulit. Widi menyebut, “Itu titik terendah (dalam perkawinan kami).”
Keharmonisan rumah tangga goyah. Cekcok menjadi pemandangan sehari-hari. “Kami sering ribut. Ditambah lagi, dia sering syuting di luar kota.”
Egonya sebagai penyanyi yang sudah memiliki 5 album bersama Be3 keluar. Ia tidak rela meninggalkan karier yang sudah dibangun sejak duduk di bangku SD.
“Aku enggak mau membesarkan anak sendirian, apalagi aku punya pekerjaan. Namanya seniman aku ingin tetap berkarya. Akan tetapi aku punya keluarga di mana aku harus full comitment banget. Saat itu aku frustasi. Aku merasa, apakah (perkawinan) ini bisa jalan terus atau enggak? Banyak hal yang aku korbankan sebagai istri,” ungkap Widi.
Solusinya, Widi Mulia menyingkirkan egonya dan mengubah cara pandang terhadap sebuah perkawinan.
“Kita menikah mau cari apa, sih? Tujuan sebagai ibu di dunia itu apa, sih? Mungkin aku terlalu terobsesi pada kerjaan. Mungkin aku terlalu ambisius pada kerjaan. Setelah mengubah cara pandang, akhirnya Mas Dwi melihat aku mengusahakan sesuatu yang sebelumnya aku enggak bisa dan dia hargai itu. Sikap dia berubah. Lebih legawa,” cerita Widi Mulia.