TEMPO.CO, Jakarta - Gempa berkekuatan 6,4 skala Richter (SR) mengguncang Jakarta dan sekitarnya pada Selasa, 23 Januari 2018. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pusat gempa berlokasi di kedalaman 10 kilometer 7.21 Lintang Selatan dan 105.91 Bujur Timur, Lebak, Banten.
Bencana alam yang tidak terduga dan datang secara tiba-tiba seperti gempa bumi mengakibatkan banyak korban yang terkena dampak dari bencana tersebut.
Baca juga:
Gempa di Laut Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Jakarta Gempa, Pegawai Pemprov DKI Jakarta: Kirain Saya Vertigo
Keramik di Dinding Kantor Wali Kota Depok Berjatuhan karena Gempa
Dr. Susan A Bartels dan ulasan Dr. Michael J. Van Rooyen yang diterbitkan Online First in The Lancet menjelaskan bagaimana dan apa saja dampak kesehatan yang timbul akibat bencana gempa bumi.
Menurut Susan, karena gempa bumi sering mempengaruhi daerah perkotaan yang padat dengan standar struktural yang buruk, maka mengakibatkan tingkat kematiannya tinggi dan menimbulkan juga korban jiwa dengan banyak luka traumatis.
Banyak pasien yang bertahan memiliki komplikasi berkelanjutan yang menyebabkan penambahan morbiditas(kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup individu) dan mortalitas(jumlah angka kematian berdasarkan jumlah populasi).
Dibandingkan orang dewasa, anak-anak memiliki risiko cedera dan kematian yang lebih tinggi akibat bencana gempa bumi. Seperti data yang diambil pada bencana di Haiti, 53 persen pasien korban gempa berusia di bawah 20 tahun dan 25 persen berusia di bawah 5 tahun.
Kelompok lainnya yang berisiko tinggi dibandingkan populasi umum adalah lansia. Beberapa penelitian menyebutkan, lansia memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih muda dan berisiko terisolasi secara sosial setelah bencana alam, karena reaksi mereka lebih lambat dan karena mereka mungkin tidak mampu atau tidak mau mengevakuasi diri dari rumah mereka.
Situs resmi WHO menyebutkan dampak panjang pada kesehatan yang akan timbul pasca gempa bumi adalah infeksi pada luka yang tidak diobati segera setelah kejadian. Kemudian juga meningkatnya morbiditas, yaitu suatu kondisi dimana mengubah kesehatan dan kualitas hidup, dan juga risiko komplikasi terkait pada seseorang yang sedang hamil.
Dampak terhadap lingkungan sekitar yang juga mempengaruhi kesehatan tubuh adalah potensi risiko penyakit menular. Hal ini terutama terjadi pada daerah yang memiliki penduduk yang padat. Dampak lainnya adalah potensi pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan kimia atau radiologis untuk kasus gempa bumi di area industri.
Masalah kesehatan umum selain fisik yang muncul setelah gempa adalah stres pasca trauma dan masalah kesehatan mental. Dilansir dari laman Medical News Today, sebuah laporan menyebutkan 6 persen sampai 72 persen orang yang selamat dari bencana gempa bumi menderita depresi. Dan, 17 persen korban gempa bumi memiliki pikiran bunuh diri.
MEDICALNEWSTODAY | WHO