TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pelecehan seksual tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Amerika Serikat dan seluruh belahan dunia. Korbannya tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak.
Psikolog anak dan keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok, Anna Surti Ariani, mengatakan agar masyarakat perlu lebih peka terhadap potensi tindak kekerasan seksual terhadap anak dan tidak lakukan persekusi korban. “Orang tua dan sekolah harus peka dan lebih berempati jika terjadi kasus tersebut di lingkungan mereka. Untuk tindakan pertama, orang tua bisa mengajak korban untuk menjalani terapi pascatrauma,” katanya.
Psikolog Mira D. Amir dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) menambahkan hal pertama yang harus dilakukan saat terjadi tindak pelecehan seksual pada anak adalah memprioritaskan keamanan korban. Baca: Hotman Paris Ingin Beri 100 Unit Properti ke Setiap Anaknya
Pastikan anak dicek secara lengkap kondisi fisik dan psikologisnya. Periksalah seberapa jauh dampak dari kejadian tersebut terhadap korban. Apakah ada luka fisik, apakah terjadi shok, apakah dia mengalami persekusi dari lingkungannya, dan sebagainya.
“Bila perlu lakukan visum. Baru setelah itu, lakukan penanganan terhadap korban melalui bantuan psikolog. Satu hal lagi, jangan sembarangan mengumbar cerita, khususnya kepada orang-orang yang tidak berkaitan langsung atau memahami situasinya. Jangan sampai lantas si korban dipandang aneh atau malah di-bully oleh orang yang tidak memiliki empati,” kata Mira. Baca: 70 Persen Pengacara Indonesia Hidup Pas-Pasan, Apa Masalahnya?
Baca Juga:
Hal lain yang harus diperhatikan adalah jangan memproteksi korban dengan cara menjauhkan dia dari lingkungan sosialnya. Kebanyakan orang tua yang anaknya menjadi korban kekerasan seksual memilih untuk bersikap terlalu protektif dengan mengurung, memingit, atau membatasi anak dari kebutuhan bersosialisasi. Baca: 10 Faktor Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, Obesitas
“Itu akan merugikan anak. Untuk kasus seperti itu, tidak perlu semua orang harus tahu. Lebih baik mencari bantuan ke profesional. Keluarga harus benar-benar menjaga anak dengan tetap memperhatikan kebutuhan sosialnya," kata Mira.