TEMPO.CO, Jakarta - Aktor laga Indonesia, Advent Bangun sempat berperang melawan penyakit gagal ginjal sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu, 10 Februari 2018, pukul 02.35 WIB. Advent Bangun diketahui mengidap penyakit gagal ginjal sejak April 2017 dan harus melakukan prosedur cuci darah sebanyak dua kali seminggu.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kota Yogyakarta, Fx Wikan Indrarto, penyakit gagal ginjal lebih rentan terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Penyakit ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang seringkali berujung pada hasil yang buruk, yaitu gagal ginjal dan kematian dini. "Penyakit ginjal kronis telah terjadi pada sekitar 195 juta perempuan di dunia dengan angka kematian hampir sebanyak 600.000 setiap tahunnya," kata Wikan dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 Februari 2018. Hal itu menjadikan penyakit ginjal kronis sebagai penyebab utama kematian nomor delapan. Baca: Mau Jadi Paspampres, Harus Ganteng? Simak Syaratnya
Wikan mengatakan, penyakit ginjal kronis lebih banyak terjadi pada perempuan dengan prevalensi rata-rata sebesar 14 persen pada perempuan dan 12 persen pada laki-laki. Namun, jumlah perempuan yang melakukan tindakan cuci darah atau dialisis justru lebih rendah daripada pria. "Penyebabnya adalah perkembangan CKD yang lebih lambat pada wanita, hambatan psiko-sosial ekonomi, seperti keterlambatan cuci darah karena kesadaran yang masih rendah), serta akses perawatan yang tidak merata," katanya.
Wikan menyebutkan beberapa jenis penyakit ginjal yang biasanya dialami perempuan, seperti nefropati lupus dan infeksi ginjal (pielonefritis akut). Nefritis lupus adalah penyakit ginjal yang disebabkan oleh penyakit autoimun, yaitu gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel dan organ tubuh sendiri. Sementara itu, pielonefritis adalah infeksi yang berpotensi parah dan melibatkan satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal, seperti halnya infeksi saluran kemih, lebih sering terjadi pada wanita dan risikonya meningkat pada saat kehamilan. Baca: Advent Bangun Meninggal karena Gagal Ginjal, Simak Pencegahannya
Penyakit ginjal kronis juga lebih merugikan kehamilan serta mengurangi kesuburan perempuan. Dalam artian, ibu yang menderita CKD dan bayinya berisiko tinggi terkena dampak buruk. Kehamilan dengan CKD stadium lanjut paling sulit diatasi karena berisiko pada hipertensi dan kelahiran bayi prematur. Dengan dialisis, kehamilan mungkin dapat membaik dengan perawatan cuci darah atau dialisis intensif, yaitu cuci darah setiap hari sehingga memerlukan program dialisis khusus untuk wanita dalam usia subur dan wanita hamil. Baca: Awas, Salah Teknik Masak Bisa Buat 10 Makanan Ini Beracun
Baca Juga:
Wikan menambahkan, potensi terjadinya komplikasi penyakit ginjal sangat tinggi pada ibu yang tinggal di negara berkembang karena akses perawatan pranatal yang universal dan tepat waktu tidak mencukupi. Selain itu, dapat disebabkan juga oleh penanganan medis yang tidak tepat pada ibu hamil dengan preeklampsia dan kurangnya fasilitas dialisis. "Untuk itu, diperlukan kesadaran yang lebih tinggi, diagnosis tepat waktu, dan penanganan penyakit ginjal kronis bermutu pada masa kehamilan," katanya.
AISHA SHAIDRA | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA