Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyerangan Gereja St Lidwina, Ini Toleransi di 'Indonesia' Mini

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Gereja St. Lidwina Bedog, Yogyakarta. Google Maps
Gereja St. Lidwina Bedog, Yogyakarta. Google Maps
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Berita mengenai penyerangan yang terjadi di Gereja St. Lidwina Sleman, Yogyakarta kembali menorehkan luka bagi identitas bangsa. Indonesia memiliki beragam budaya, adat, bahasa dan juga agama. Rasa toleransi atas keberagaman itulah yang sangat penting dipupuk sedari dini dalam diri masyarakat, khususnya kepada anak-anak sebagai penerus bangsa.

Pendidikan merupakan hal yang fundamental, tidak hanya bagi perkembangan seseorang namun sebagai penentu masa depan bangsa. Bukan hanya pendidikan formil, pendidikan non-formil seperti rasa toleransi juga sangatlah penting. Maka, sebenarnya perlu suatu lingkungan yang mewadahi ajaran pendidikan formil sekaligus pendidikan non-formil. Baca: 5 Tanda Kualitas Tidur Anda Kurang, Ceroboh dan Mudah Tersinggung

Untuk mendapatkan model pendidikan yang saling menghormati atas keberagaman, Ai Nurhidayat menggagas model pendidikan baru yaitu melalui pendekatan multikultural. Ia dan beberapa temannya mendirikan SMK Karya Bakti di bawah naungan Yayasan Bakti Karya. Sekolah yang berlokasi di Pangandaran, Keca­matan Parigi ini dulunya merupakan sekolah yang hampir bangkrut. Ai kemudian memperbarui sistem pengajarannya dan meletakkan ideologi perdamaian ke dalam keseharian siswanya.

"Pendidikan kita tidak mengajarkan nilai kebhinekaan secara nyata karena sekolah menampung siswa dari daerah yang berdekatan, di situ-situ saja," kata pria yang menjabat Kepala Yayasan Bakti Karya Pangandaran ini.

Nilai multikultural tercipta jika sudah ada tindakan melindungi keberagaman, "Tidak cuma sekadar menerima, merayakan, dan memberi tempat saja, tapi juga harus melindungi," ungkap Ai. Baca: Paspampres Penting Kuasai Kecepatan dan Ketepatan Teknik Menembak

Dalam kelas multikultural, Ai menciptakan Indonesia mini dalam satu kelas, dimana anak dari Aceh hingga Papua bisa bertemu dalam satu kelas dan belajar gratis. Kelas yang diresmikan sejak 1 Oktober 2016 ini memiliki 25 siswa yang dikelola oleh Komunitas Sabalad.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sumber biaya operasional sekolah ini didapatkan dengan mencari donatur. Mereka pernah memanfaatkan situs crowd funding (Kitabisa.com) untuk mencari dana. Namun saat ini donatur cukup membuka situs web http://smkbaktikarya-parigi.sch.id/.

Maria Magdalena Hingi Hema, siswa asal Flores, menceritakan kegembiraannya dapat bersekolah di SMK Bakti Karya. "Ruang kelasnya menarik. Saya bisa belajar sambil tiduran, bisa belajar apa pun yang saya inginkan," katanya. Sedangkan Sandika, seorang pengisi kelas profesi yang diadakan setiap Sabtu, mengatakan sangat bersyukur bisa berbagi ilmu sebagai penyiar radio. "Saya belajar banyak juga dari mereka. Bahkan, ada dari mereka yang bersemangat ingin memajukan daerahnya. Ini anak SMA, lho," kata Sandika. Baca: 6 Mitos dan Fakta Kanker yang Sering Dipercaya Orang

Peneliti bidang kebebasan beragama dari Setara Institute, Sudarto Toto, mengatakan pencegahan sejak usia sekolah sangat penting dan efektif untuk menangkal bibit radikalisme. Lembaganya juga menerapkan metode yang sama. Setara saat ini secara intensif mendampingi enam sekolah di Jakarta dan satu sekolah di Yogyakarta. "Para siswa kami ajak tinggal bersama keluarga yang menganut agama berbeda," tutur dia.

DINI PRAMITA | ANASTASIA PRAMUDITA DAVIES | KORAN TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

11 hari lalu

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir saat diwawancarai tempo di Pesatren Diniyah Puteri Padang Panjang. TEMPO/Fachri Hamzah
Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

Menurut Haedar, maklumat yang disampaikan Muhammadiyah lebih awal tak bermaksud mendahului pihak tertentu dalam penentuan Idulfitri.


Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

18 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.


Fakta 5 Anggota TNI Diduga Menyerang Polres Jayawijaya: Kronologi, Motif hingga Jadi Tersangka

44 hari lalu

Ilustrasi TNI. ANTARA
Fakta 5 Anggota TNI Diduga Menyerang Polres Jayawijaya: Kronologi, Motif hingga Jadi Tersangka

Lima anggota TNI yang menjadi terduga pelaku penyerangan Polres Jayawijaya telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.


Anggota TNI Lakukan Penyerangan ke Polres Jayawijaya, Kapendam: Sudah Tersangka dan Ditahan

44 hari lalu

Ilustrasi TNI. ANTARA
Anggota TNI Lakukan Penyerangan ke Polres Jayawijaya, Kapendam: Sudah Tersangka dan Ditahan

Lima prajurit Yonif 756/WMS yang menjadi pelaku penyerangan terhadap Polres Jayawijaya di Wamena, telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Pomdam XVII/Cenderawasih.


Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

45 hari lalu

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka meninjau Taman Balekambang Solo yang baru saja selesai direvitalisasi, pada H-1 pelaksanaan Pemilu 2024, Selasa, 13 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

Hal itu dilakukan setelah turunnya peringkat Kota Solo sebagai kota paling toleran di Indonesia.


Ayah Taylor Swift Diduga Menyerang Fotografer di Sydney

52 hari lalu

Taylor Swift berpose saat menghadiri Penghargaan Golden Globe Awards ke-81 di Beverly Hills, California, AS, 8 Januari 2024. REUTERS/Mike Blake
Ayah Taylor Swift Diduga Menyerang Fotografer di Sydney

Ayah Taylor Swift, Scott Kingsley Swift memang tidak pernah absen dari The Eras Tour sejak dimulai tahun lalu


Seorang Pemuda di Duren Sawit Tewas Diserang Geng Motor, Polisi Kejar Pelaku

57 hari lalu

Ilustrasi geng motor. TEMPO/Iqbal Lubis
Seorang Pemuda di Duren Sawit Tewas Diserang Geng Motor, Polisi Kejar Pelaku

Pemuda di Duren Sawit tewas diserang geng motor. Motif dan identitas pelaku belum diketahui.


Viral Pemuda Dibacok Sekelompok Orang Tak Dikenal di Bekasi, Polisi Cari Saksi

59 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Viral Pemuda Dibacok Sekelompok Orang Tak Dikenal di Bekasi, Polisi Cari Saksi

Kasus penyerangan di Taman Wisma Asri Bekasi itu tengah dalam penyelidikan polisi guna menangkap para pelaku dan mengungkap motif pelaku.


Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

10 Februari 2024

Tradisi tuk panjang dalam menyambut perayaan Imlek yang berlangsung di kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (8/2/2024). (ANTARA/Pemkot Semarang)
Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

Tradisi tuk panjang biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah orang paling tua, tetapi di Semarang dilakukan di jalanan menjelang Imlek.


Kodam Udayana Upayakan Jalur Damai dalam Insiden Penyerangan 15 TNI

10 Februari 2024

Kolonel Infantri Agung Udayana. indonesiana.id
Kodam Udayana Upayakan Jalur Damai dalam Insiden Penyerangan 15 TNI

Damai tersebut diupayakan oleh Kodam Udayana setelah dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap anggota TNI dan para terduga pelaku.