TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemimpin menyiratkan sosok yang memainkan peran dalam menggerakkan kelompok atau timnya maju bersama ke depan. Tapi dalam beberapa kasus, seorang pemimpin bisa membawa tim kerja yang kohesif dan produktif menjadi jelek, atau dalam kasus yang ekstrim, benar-benar merusak tim itu.
Setiap pemimpin memiliki pendekatan dan gaya yang berbeda. Terlepas dari siapa yang bertanggung jawab, sebuah tim harus dapat terus berfungsi dengan sempurna. Maka, apabila suatu tim menerima pemimpin baru. Ia masuk ke dalam organisasi dan dalam waktu yang relatif singkat, tim berubah menjadi kurang kohesif, juga suasana kerja yang dulunya menyenangkan menjadi kurang nyaman.
Baca Juga:
Apa kekurangan pemimpin baru itu, dan bagaimana dampaknya terhadap tim tersebut?
1. Pemimpin pilih kasih kepada anggota tim secara acak.
Sejak kedatangannya, pemimpin baru tersebut menunjukkan sikap pilih kasih kepada beberapa anggota tim, dan dengan kasar mengkritik anggota yang lain. Baca: Menurut Studi, Orang Single Cenderung Lebih Bugar
Dalam rapat tim pertama, pemimpin tersebut menghukum satu anggota karena "berbicara dari belakang," dan memuji yang lain karena "saran spontannya." Lebih buruk lagi, ketika pemimpin baru tersebut bosan dengan anggota favoritnya. Akibatnya, anggota tim tidak pernah tahu apakah mereka berada dalam "kelompok" pemimpin atau kelompok "pemimpin". Ini akan menghancurkan rasa kekompakan tim.
2. Pemimpin secara aktif mencari kesalahan
Alih-alih menetapkan arah dan memusatkan perhatian pada kinerja positif, pemimpin ini terus-menerus mengawasi stafnya, mencari kesalahan dan mempersulit keadaan saat staf melakukan kesalahan. Hal ini dikenal sebagai Active Management-by-Exception, dimana pemimpin yang fokus utamanya adalah pada apa yang salah, dibandingkan mendorong tindakan dan kinerja positif. Akibatnya, para staf menghabiskan energinya untuk tidak membuat kesalahan.
3. Pemimpin mengabaikan peran kepemimpinan
Seorang pemimpin harus mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari tim, dan harus turut aktif serta terlibat ke dalam tim. Jadi, pemimpin yang bersikap seenaknya, seperti pulang lebih awal, sering absen atau tidak berada di kantor, dan tampak bosan atau tidak tertarik pada timnya sendiri dapat mempengaruhi tim itu sendiri. Baca: Bingung Memilih Hadiah Hari Valentine? Intip 5 Kado Unik Ini
Lalu, bagaimana seharusnya pemimpin yang baik dalam mengelola tim agar memberi hasil yang maksimal?
Para bos ini perlu membangun rasa kekompakan dan komunitas dengan berfokus pada tujuan, misi, dan nilai bersama, dan dengan menunjukkan keadilan dalam perlakuan terhadap anggota tim.
Para pemimpin pun perlu fokus pada kinerja positif, berikan umpan balik dan penghargaan yang sesuai, dan gunakan kesalahan sebagai "momen pengajaran" untuk membangun kemampuan dan kapasitas anggota tim. Baca: Jelang Hari Valentine, Ini Sejarah Memberi Cokelat
Seorang atasan pun perlu menjadi peserta penuh dalam tim, hadir dan terlibat dalam proses tim, mengembangkan cara untuk memfasilitasi kerja tim dengan menyediakan sumber daya dan dukungan yang sesuai, dan mempromosikan tim ke pihak luar.
PSYCHOLOGY TODAY | NUMERONS