TEMPO.CO, Jakarta - Marissa Nasution kehilangan salah satu anak kembarnya pada 7 Februari lalu. Lewat unggahan Instagramnya, Marissa Nasution memberitahukan kabar duka tersebut.
Namun di satu sisi, salah satu janin kembarnya masih bertahan dan berjuang untuk tetap hidup di dalam kandungan Marissa Nasution, yang baru berusia empat bulan.
Baca juga:
Jomblo Menderita saat Hari Valentine? Siapa Bilang, Cek 3 Hal Ini
Pencemaran Udara Picu Kanker Paru? Simak Kata Ahlinya
6 Kisah Seputar Hari Valentine, Mengapa Ada Bunga Mawar Merah?
Sayangnya, istri Benedikt Brueggemann itu tak menjelaskan penyebab meninggalnya salah satu janin yang masih berada di dalam kandungannya.
Sementara itu, menurut dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG ada dua kemungkinan penyebab meninggalnya janin di dalam kandungan.
"Intinya kalau masih di dalam rahim itu berarti namanya kematian janin dalam rahim atau dalam bahasa Inggris, intrauterine fetal death (IUFD). Itu bisa beberapa sebab, yang pertama memang karena ada penyakit bawaan jantung," kata dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG saat dihubungi Tabloidbintang.com, Rabu 14 Februari 2018.
Baca Juga:
Kemungkinan kedua, karena Marissa hamil anak kembar mungkin saja bisa terjadi perubahan sistem pembulu darah. "Di mana makanan bayi pertama diambil bayi kedua, atau Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)," tutur dokter tersebut.
Lebih lanjut, dokter Ardiansjah Dara Sjahruddin menambahkan, meninggalnya janin bisa jadi karena adanya penyakit metabolik yang dialami oleh si ibu yang sedang mengandung.
"Atau bisa juga ada penyakit lain, seperti penyakit metabolik. Misalnya gula darah, gula darah ibunya naik bisa menjadi penyebab kematian pada janin," ungkap dokter spesialis kandungan tersebut.
Namun, katanya, jika penyebabnya karena penyakit metabolik, pada umumnya semua janin akan meninggal di dalam rahim. Namun pada kasus yang dialami Marissa Nasution, salah satu bayi berhasil bertahan hidup di kandungan.