TEMPO.CO, Jakarta - Kejadian yang dialami Marissa Nasution bukan hal yang mudah diatasi. Kehilangan janin saat masih berada di dalam kandungan kemungkinan dapat memberikan dampak psikis bagi sang ibu.
“Tapi, itu tergantung kualitas psikologis ibu dan situasi sosial yang dialami. Minimal sang ibu akan mengalami rasa kehilangan dan tertekan,” ungkap Psikolog Klinis Kasandra Putranto kepada TEMPO.CO pada 15 Februari 2018 saat ditanya bagaimana kondisi psikis ibu yang kehilangan bayi saat masih berada dalam kandungan.
Baca juga:
TTTS Penyebab Salah Satu Janin Meninggal, Apa Itu?
Tak Romantis Bukan Berarti Tak Cinta, Pahami 3 Hal Ini
Fachri Albar (juga) Konsumsi Dumolid, untuk Rehabilitasi?
Selanjutnya, Kasandra menyebutkan beberapa emosi yang mungkin timbul akibat kehilangan bayi tersebut.
- Penolakan, merasa bahwa dokter telah melakukan kesalahan, dan tetap berpikir kedua bayi Anda akan lahir hidup dan sehat.
- Rasa bersalah, merasa bahwa Anda menyebabkan kehilangan karena takut memiliki anak kembar.
- Kecemasan, khawatir bahwa duka cita Anda dapat mempengaruhi kemampuan untuk terikat dengan bayi Anda yang masih hidup.
- Ketakutan, bahwa bayi yang masih hidup akan menjadi sakit, atau bahkan mati.
- Kegagalan atau kekecewaan
Lalu, apa yang bisa dilakukan sang ibu untuk mengatasi atau menghadapi rasa kehilangan bayinya?
Baca Juga:
“Support therapy dan dukungan keluarga, terutama untuk memiliki semangat untuk bayi yang lain. Jangan terlalu banyak mengajak bicara dan meminta bercerita masalah tersebut secara berulang,” ucap Kasandra.
Peran suami sebagai pasangan juga sangat penting bagi mental sang ibu. Walaupun turut merasakan kesedihan, namun dengan kehadiran suami akan membuat sang ibu tidak merasa sendirian.
“Dukungan suami [saat sang istri kehilangan janin] ya minimal sama dengan kehamilan biasa. Mendampingi, memberikan semangat, membantu kegiatan sehari-hari, menemani, mengajak untuk kegiatan yang menyenangkan. Jangan justru menyalahkan,” ungkap Kasandra.