TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Irma Gustiana mengatakan biang gosip biasanya memiliki masalah pada konsep diri. "Dia merasa ada pengakuan yang besar terhadap dirinya sebagai sumber informasi," kata Irma. Dari pengakuan itulah seseorang mendapat kepuasan yang menyebabkan ia terus-menerus bergunjing dan mencari-cari bahan pergunjingan.
Menurut Irma, kebiasaan bergosip dimulai dari keluarga. Ketika seorang anak kurang mendapat penanaman nilai moral yang baik, seperti penghormatan terhadap privasi atau kemampuan memilah hal baik dan buruk untuk dikomunikasikan, ketika dewasa dia akan kesulitan memilah-milah hal tersebut. "Ketika orang dewasa di sekelilingnya punya kebiasaan bergosip, dia akan mereplika hal itu," kata Irma. Baca: Justin Bieber Ulang Tahun, Ini 8 Fakta Unik Bieber
Cara terbaik untuk mengatasinya, Irma mengimbuhkan, adalah menunjukkan ketidaktertarikan terhadap gosip yang dilontarkan penuturnya. "Jika dinasihati, biasanya tidak terima, jadi lebih baik cari cara lain," kata dia.
Rinaldi Agusyana, Corporate Culture Expert dari ACT Consulting, menyatakan gosip dapat merusak kerja sama tim dan meracuni organisasi. Dia berujar, jika gosip telah menjadi kebiasaan dalam sebuah perusahaan, tak ada cara lain selain menegakkan budaya antigosip. Hal tersebut dapat dimulai dari bagian sumber daya manusia yang harus merangkul karyawan hingga bisa mengetahui gosip langsung dari sumbernya. Baca: 8 Fakta Dean Fujioka, Aktor Jepang yang Nikahi Orang Indonesia
Selain itu, dia menekankan pentingnya pemimpin untuk membuka diri. "Pemimpin yang menyediakan diri untuk mendengarkan akan perlahan-lahan menghapus rintangan sosial yang menyebabkan orang-orang bergosip di kelompoknya," kata dia. Pemimpin yang terbuka akan mendorong karyawan berani bertanya secara langsung mengenai isu-isu yang dikhawatirkan.
Cara lain adalah membuat golden box. Siapa pun dapat menaruh saran, pengaduan, atau informasi di dalam kotak ini. Pemberi masukan yang terpilih kemudian diberi hadiah oleh perusahaan. Sistem informasi terbuka semacam ini membuat karyawan terbiasa menghabiskan waktu kerja untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. MEDICAL DAILY | PSYCHOLOGICAL SCIENCE | KORAN TEMPO