TEMPO.CO, Jakarta - Aktris Eva Celia Latjuba bersuara melawan warganet yang kerap merisak penampilan fisik mereka. Perlawanan terhadap perilaku yang dikenal dengan istilah body shaming atau fat shaming ini dilakukan melalui akun media sosial kedua selebritas tersebut. Eva Celia mengaku mengalami body shaming karena tubuhnya yang kurus dan kulitnya yang gelap. Dia menjelaskan, tubuhnya memang kecil sejak anak-anak.
Kulit Eva Celia yang gelap pun kerap jadi bahan pergunjingan. Ia kerap merasa tak nyaman ketika penata rias membubuhkan banyak alas bedak agar kulitnya terlihat lebih putih. Sebab, upaya tersebut justru membuat kulit Eva Celia terlihat tak elok. Baca: Khanom Bueang, Kuliner Khas Thailand Rasanya Asin dan Manis
Menurut psikolog anak Endang Widyorini, body shaming sama seperti bullying. "Ini akan berpengaruh terhadap citra diri, konsep diri, dan rasa percaya diri," ujar dia. Sebuah studi yang dilakukan Yahoo! Health terhadap 2.000 responden berusia 13-64 tahun menunjukkan body shaming kerap dialami perempuan, terutama remaja. Sebanyak 94 persen remaja perempuan mengaku mengalami body shaming, sementara remaja laki-laki 64 persen.
Menurut Endang, perisakan ini disebabkan adanya gambaran keliru mengenai kecantikan. Citra perempuan yang cantik identik dengan bentuk hidung yang mancung, kulit putih, langsing, dan rambut lurus panjang. "Karena remaja masih sangat memperhatikan masalah penampilan," tuturnya.
Anak serta remaja yang menjadi korban, kata psikolog anak dan remaja Astrid Wen, akan tumbuh dengan membawa rasa inferioritas dalam dirinya. "Meskipun mungkin ketika dewasa nanti dia bisa mengatasi perasaan pahit tersebut, tetap ada rasa trauma yang sulit hilang. Sesekali rasa sedih itu muncul kembali," kata dia. Baca: Minum Kopi, Pakai Gula atau Tidak? Simak Penjelasan Ahli
Baca Juga:
Astrid mengimbuhkan, ada hal lain yang juga dapat terjadi. Seseorang yang merasa terlalu tidak percaya diri akan cenderung haus pengakuan. Prestasi didapatkan hanya untuk memenuhi hasrat atau kebutuhan akan pengakuan yang tinggi. "Seandainya dia berprestasi bukan untuk mencari pengakuan, maka apa yang dilakukannya akan jauh lebih tulus dan sangat positif untuk lingkungannya," ujarnya.
Bahaya lainnya, perasaan inferior akibat body shaming bisa membuat seseorang menjadi permisif terhadap kekerasan yang menimpanya. "Dia akhirnya jadi sangat rentan menjadi korban kekerasan," ucapnya. Sebab, dalam pikiran si korban telanjur tertanam anggapan bahwa dirinya tidak layak.