Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Multitasking Lebih Berbahaya dari Ganja ? Cek Penelitiannya

image-gnews
Ilustrasi wanita multitasking. shutterstock.com
Ilustrasi wanita multitasking. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan dari University of London menemukan bahwa multitasking  atau kemampuan seseorang untuk melakukan lebih dari satu hal di dalam satu waktu, secara teratur, seperti memeriksa telepon Anda saat sedang rapat, lebih membahayakan IQ atau kecerdasan Anda dibanding dari efek merokok ganja.

Bahkan, multitasking dapat menyebabkan kerusakan otak. Namun, memang belum ada kepastian ilmiah terkait hubungan antara multitasking dengan tingkat kecerdasan seseorang.

Ada beberapa penelitian terkait multitasking, dan ini sama buruknya dengan yang dibayangkan. Seorang peneliti asal Australia, dr. Julia Irwin, menyarankan untuk menghentikan aplikasi yang sedang Anda gunakan, mematikan ponsel Anda dan abaikan e-mail sementara Anda berkonsentrasi pada satu tugas sekaligus. Menurutnya, pada akhir hari Anda akan menjadi jauh lebih produktif.

Baca juga:
Hari Perempuan Internasional : Ini Kisah Hebat dari Mesir
Bakteri di Rockmelon Asal Australia, Lakukan Pencegahan Ini

"Jika Anda mengirim e-mail sambil mengerjakan pekerjaan lain, yang menjadi kelemahannya adalah hal ini akan menarik perhatian Anda dari satu tugas ke tugas lain, sehingga memecah fokus otak dalam se per sekian detik. Hal ini disebut jeda setelah refrakter,” kata Irwin yang juga merupakan seorang dosen senior psikologi di Macquarine University.

Refrakter atau kebal rangsang merupakan suatu keadaan ketika membran sel saraf tidak peka lagi terhadap rangsangan (stimulus), sehingga stimulus yang diberikan kepadanya tidak dapat memicu impuls, "Seiring waktu jeda ini bertambah, kemungkinan bisa menyebabkan pikiran Anda tidak bekerja/peka terhadap rangsanagan selama beberapa menit."

Dr. Irwin mengatakan bahwa jeda kekosongan dalam otak semacam itu bisa berbahaya saat Anda melakukan sesuatu yang sangat penting. Seperti mengawasi anak di taman bermain. "Jika, dalam jeda tersebut, ternyata anak Anda sedang goyah di atas sepedanya, ini jelas menjadi suatu kekhawatiran. Anda tidak memusatkan perhatian pada hal penting semacam itu.”

Aspek lainnya adalah, jika Anda benar-benar sedang fokus dalam menulis sesuatu kemudian perhatian Anda teralihkan oleh e-mail yang baru saja masuk. Terdapat beberapa penlitian, menurut Irwin, yang menunjukkan bahwa saat perhatian Anda teralihkan dari kegiatan sebelumnya, butuh waktu sampai 15 menit bagi Anda untuk mendapatkan kembali tingkat fokus yang sama.

Hasil studi sebenarnya, oleh Institute of Psychiatry di London yang melibatkan lebih dari 1000 pekerja sebagai publisitas penelitian, memang melihat perubahan IQ dengan aktivitas multitasking dengan media elektronik, namun hal ini sama sekali tidak mempengaruhi pegawai wanita. Pada karyawan pria terlihat menurunkan IQ sekitar 10 poin, tapi hanya selama kegiatan multitasking terjadi.

Mary Courage dari Memorial University di Newfoundland telah menunjukkan bahwa multitasking mungkin tidak memiliki dampak negatif pada kapasitas perhatian seorang anak, dan bahkan mungkin memiliki keuntungan bila dikelola dengan baik. Meskipun kinerja dengan pekerjaan yang rumit hampir selalu buruk ketika perhatian terbagi, dengan latihan dan penggunaan strategi yang tepat, kerugian dari multitasking dapat diminimalisir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu alasan mengapa multitasking tidak seburuk yang mungkin Anda duga adalah bahwa kinerja otak akan berubah dengan latihan, dan latihan mengendalikan perhatian akan membuat Anda lebih baik. Sebuah studi dari Universitas Madrid menemukan bahwa kemampuan multitasking memiliki hubungan yang erat dengan kapasitas memori dan kecerdasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki mekanisme saraf yang sama.

Kemampuan Anda untuk memegang dan menggunakan informasi dalam jangka waktu yang pendek akan mempengaruhi hampir semua hal yang Anda lakukan. Hal ini akan memberitahu seberapa baik Anda mengatur fokus dan perhatian Anda terhadap panggilan telepon dan e-mail secara bersamaan. Mekanisme ini juga mampu menunjukkan nilai IQ Anda.

Namun, kegiatan multitasking memiliki risiko. Peneliti Stanford telah menemukan bahwa orang-orang yang bekerja di media dan melakukan multitasking, seperti secara teratur memeriksa banyak sumber berita dan hiburan sekaligus, memiliki kinerja yang benar-benar buruk saat beralih antara tugas satu dengan yang lain.

Baca juga: Hobi Motor Gede, Nikita Mirzani Suka Ngebut Hingga 200 Km/Jam

Hal ini sangat mengejutkan, karena para pekeja media adalah individu dengan peralihan tugas atau kegiatan yang paling banyak. Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika kita terbiasa menerima informasi dari banyak tempat sekaligus, kita kehilangan beberapa kemampuan untuk mengalihkan perhatian saat kita membutuhkannya.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?

Penelitian Irwin sendiri di Australia menyimpulkan dengan jelas bahwa dalam dunia multitasking saat ini, orang harus mematikan perangkat mereka saat melakukan sesuatu yang pantas mendapat perhatian penuh mereka.

Kendalikan informasi yang Anda terima, karena lebih banyak itu tidak selalu lebih baik. Namun, bukan berarti Anda tidak boleh melakukan kegiatan multitasking. Terkadang, Anda perlu untuk melakukan banyak hal sekaligus.

PSYCHOLOGY TODAY | SMH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

1 hari lalu

Ilustrasi wanita karier. Shutterstock.com
5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.


15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

1 hari lalu

Ilustrasi wanita karier atau bekerja. shutterstock.com
15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.


Laptop Layar Ganda Asus Zenbook Duo Resmi Dipasarkan di Indonesia, Apa Saja Fiturnya?

51 hari lalu

Asus Zenbook Duo model UX8406 dipamerkan di Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024. Laptop ini hadir dengan dua layar yang dilindungi Corning Gorilla Glass, didukung oleh OLED Touchscreen dengan kecerahan maksimum hingga 500 nits. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Laptop Layar Ganda Asus Zenbook Duo Resmi Dipasarkan di Indonesia, Apa Saja Fiturnya?

Laptop layar kembar Asus, Zenbook Duo model UX8406 resmi masuk pasar Indonesia. Cocok untuk keperluan multitasking.


IKN Terapkan Sistem Kerja Shared Service dan Fleksibel, ASN Mesti Melek Digital dan Multitasking

58 hari lalu

Penampakan mock-up rumah susun ASN di IKN yang dipamerkan di Pameran Konstruksi Indonesia 2023 di JIEXPO Kemayoran, Jumat, 3 November 2023. TEMPO/Ami Heppy
IKN Terapkan Sistem Kerja Shared Service dan Fleksibel, ASN Mesti Melek Digital dan Multitasking

Sebanyak 12 ribu pegawai akan dipindah ke IKN mulai Juli 2024. Tahap pertama, ASN yang melek digital dan bisa multitasking.


Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

16 Januari 2024

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier. Foto: Canva
Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier.


Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

8 Januari 2024

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis? Foto: Canva
Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis?


Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

31 Desember 2023

Lee Dong Wook. Instagram.com/@leedonwook_official
Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

Baru-baru ini wawancara lama Lee Dong Wook viral. Dia mengungkapkan caranya mempertahankan karier 25 tahun di inudstri hiburan


Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

8 Desember 2023

Marina Beauty Journey 2023 di Lombok, Bintang Marina/Marina
Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

Pentingnya gen Z memiliki pola pikir yang peka serta kepedulian tinggi dalam kesehariannya.


Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

11 November 2023

Career Hallway AIESEC di Universitas Sumatera Utara
Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

Acara difokuskan pada berbagai tips dan trik merencanakan karier


Cara Bekerja di Jepang, Syarat, dan Perkiraan Biaya Hidupnya

30 Oktober 2023

Ilustrasi orang kerja di Jepang. Foto : LKPN
Cara Bekerja di Jepang, Syarat, dan Perkiraan Biaya Hidupnya

Jepang menjadi salah satu negara tujuan favorit para pekerja asal Indonesia. Apa saja syarat dan cara bekerja di sana serta berapa biaya hidupnya?