TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan dari University of London menemukan bahwa multitasking atau kemampuan seseorang untuk melakukan lebih dari satu hal di dalam satu waktu, secara teratur, seperti memeriksa telepon Anda saat sedang rapat, lebih membahayakan IQ atau kecerdasan Anda dibanding dari efek merokok ganja.
Bahkan, multitasking dapat menyebabkan kerusakan otak. Namun, memang belum ada kepastian ilmiah terkait hubungan antara multitasking dengan tingkat kecerdasan seseorang.
Ada beberapa penelitian terkait multitasking, dan ini sama buruknya dengan yang dibayangkan. Seorang peneliti asal Australia, dr. Julia Irwin, menyarankan untuk menghentikan aplikasi yang sedang Anda gunakan, mematikan ponsel Anda dan abaikan e-mail sementara Anda berkonsentrasi pada satu tugas sekaligus. Menurutnya, pada akhir hari Anda akan menjadi jauh lebih produktif.
Baca juga:
Hari Perempuan Internasional : Ini Kisah Hebat dari Mesir
Bakteri di Rockmelon Asal Australia, Lakukan Pencegahan Ini
"Jika Anda mengirim e-mail sambil mengerjakan pekerjaan lain, yang menjadi kelemahannya adalah hal ini akan menarik perhatian Anda dari satu tugas ke tugas lain, sehingga memecah fokus otak dalam se per sekian detik. Hal ini disebut jeda setelah refrakter,” kata Irwin yang juga merupakan seorang dosen senior psikologi di Macquarine University.
Refrakter atau kebal rangsang merupakan suatu keadaan ketika membran sel saraf tidak peka lagi terhadap rangsangan (stimulus), sehingga stimulus yang diberikan kepadanya tidak dapat memicu impuls, "Seiring waktu jeda ini bertambah, kemungkinan bisa menyebabkan pikiran Anda tidak bekerja/peka terhadap rangsanagan selama beberapa menit."
Dr. Irwin mengatakan bahwa jeda kekosongan dalam otak semacam itu bisa berbahaya saat Anda melakukan sesuatu yang sangat penting. Seperti mengawasi anak di taman bermain. "Jika, dalam jeda tersebut, ternyata anak Anda sedang goyah di atas sepedanya, ini jelas menjadi suatu kekhawatiran. Anda tidak memusatkan perhatian pada hal penting semacam itu.”
Aspek lainnya adalah, jika Anda benar-benar sedang fokus dalam menulis sesuatu kemudian perhatian Anda teralihkan oleh e-mail yang baru saja masuk. Terdapat beberapa penlitian, menurut Irwin, yang menunjukkan bahwa saat perhatian Anda teralihkan dari kegiatan sebelumnya, butuh waktu sampai 15 menit bagi Anda untuk mendapatkan kembali tingkat fokus yang sama.
Hasil studi sebenarnya, oleh Institute of Psychiatry di London yang melibatkan lebih dari 1000 pekerja sebagai publisitas penelitian, memang melihat perubahan IQ dengan aktivitas multitasking dengan media elektronik, namun hal ini sama sekali tidak mempengaruhi pegawai wanita. Pada karyawan pria terlihat menurunkan IQ sekitar 10 poin, tapi hanya selama kegiatan multitasking terjadi.
Mary Courage dari Memorial University di Newfoundland telah menunjukkan bahwa multitasking mungkin tidak memiliki dampak negatif pada kapasitas perhatian seorang anak, dan bahkan mungkin memiliki keuntungan bila dikelola dengan baik. Meskipun kinerja dengan pekerjaan yang rumit hampir selalu buruk ketika perhatian terbagi, dengan latihan dan penggunaan strategi yang tepat, kerugian dari multitasking dapat diminimalisir.
Salah satu alasan mengapa multitasking tidak seburuk yang mungkin Anda duga adalah bahwa kinerja otak akan berubah dengan latihan, dan latihan mengendalikan perhatian akan membuat Anda lebih baik. Sebuah studi dari Universitas Madrid menemukan bahwa kemampuan multitasking memiliki hubungan yang erat dengan kapasitas memori dan kecerdasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki mekanisme saraf yang sama.
Kemampuan Anda untuk memegang dan menggunakan informasi dalam jangka waktu yang pendek akan mempengaruhi hampir semua hal yang Anda lakukan. Hal ini akan memberitahu seberapa baik Anda mengatur fokus dan perhatian Anda terhadap panggilan telepon dan e-mail secara bersamaan. Mekanisme ini juga mampu menunjukkan nilai IQ Anda.
Namun, kegiatan multitasking memiliki risiko. Peneliti Stanford telah menemukan bahwa orang-orang yang bekerja di media dan melakukan multitasking, seperti secara teratur memeriksa banyak sumber berita dan hiburan sekaligus, memiliki kinerja yang benar-benar buruk saat beralih antara tugas satu dengan yang lain.
Baca juga: Hobi Motor Gede, Nikita Mirzani Suka Ngebut Hingga 200 Km/Jam
Hal ini sangat mengejutkan, karena para pekeja media adalah individu dengan peralihan tugas atau kegiatan yang paling banyak. Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika kita terbiasa menerima informasi dari banyak tempat sekaligus, kita kehilangan beberapa kemampuan untuk mengalihkan perhatian saat kita membutuhkannya.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?
Penelitian Irwin sendiri di Australia menyimpulkan dengan jelas bahwa dalam dunia multitasking saat ini, orang harus mematikan perangkat mereka saat melakukan sesuatu yang pantas mendapat perhatian penuh mereka.
Kendalikan informasi yang Anda terima, karena lebih banyak itu tidak selalu lebih baik. Namun, bukan berarti Anda tidak boleh melakukan kegiatan multitasking. Terkadang, Anda perlu untuk melakukan banyak hal sekaligus.
PSYCHOLOGY TODAY | SMH