TEMPO.CO, Jakarta - Gunung berapi Shinmoedake di Pulau Kyushu, Jepang, dikabarkan meletus dan melontarkan abu vulkanik yang sangat tinggi pada 6 Maret 2018. Gunung yang juga dikenal karena menjadi lokasi syuting film James Bond: You Only Live Twice tahun 1967 ini, memang telah memperlihatkan peningkatan sebelumnya. Badan Penyiaran Umum di Jepang NHK melaporkan letusan gunung Shinmoedake ini merupakan letusan terbesar sejak 7 tahun terakhir.
Abu vulkanik merupakan lava beku dalam skala sangat kecil. Abu vulkanik umumnya terbuat dari senyawa silikon. Profesor dari Macquarie University Sydney, Heather Handley, mengatakan bahwa di luar area evakuasi erupsi gunung, abu vulkanik akan menjadi bahaya utama dan tiap orang harus sadar serta siap akan keadaan tersebut.
Baca juga:
Multitasking Lebih Berbahaya dari Ganja ? Cek Penelitiannya
Heboh Rock Melon: Waspada Bakteri Listeria di 5 Makanan Ini
“Abu vulkanik tidak seperti jenis abu lunak yang biasanya ada pada sisa setelah kebakaran,” ungkap Handley. Bentuk abunya berupa material vulkanik yang berukuran kurang dari dua milimeter dan terdiri dari sedikit partikel bergerigi dari kaca vulkanik.
Ia melanjutkan, bila Anda melihatnya di bawah mikroskop, (partikel kaca tersebut) benar-benar berbentuk runcing. "Ada juga fragmen mineral di sana, yang didapat dari dalam magma. Selain itu terdapat potongan-potongan kecil batu,” Handley pun mengatakan bahaya dari abu vulkanik yang sangat halus adalah saat seseorang menghirupnya. Yang Anda hirup adalah partikel kaca, jadi paling tidak, abu vulkanik akan mengoyak bagian dalam bronchioli, alveoli juga kapiler Anda.
Sejumlah partikel berbahaya dan gas berbahaya, seperti aerosol, ada di dalam abu vulkanik. Beberapa di antaranya meliputi: Karbon dioksida, Sulfat (sulfur dioksida), Asam hidroklorik, dan Asam hidroflourat
Abu vulkanik dapat menyebabkan masalah pernapasan, mata yang teriritasi dan, yang tidak umum adalah iritasi kulit. Partikel abu bisa sangat halus untuk dihirup jauh ke dalam paru-paru. Dan hal ini yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dada, batuk, sakit tenggorokan dan sesak napas.
Lebih lanjut disebutkan dampak abu vulkanik terhadap kesehatan manusia dalam jangka pendek. Yaitu gejala pernapasan, meliputi pilek, sakit tenggorokan atau batuk, sesak napas, dan mungkin bronchitis.
Gejala kedua mempengaruhi mata, yaitu gatal atau merah, lecet kornea atau terdapat goresan, bisa mengakibatkan konjungtivitis, dan mengeluarkan air mata. Baca: Selvi Kitty Ingin Punya Anak Lelaki, Simak 6 Jurus Bercinta Ini
Salah satu efek jangka panjang abu vulkanik bagi kesehatan manusia, khususnya pernapasan adalah silikosis. Silikosis merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan paru-paru dan jaringan parut, dari paparan partikel silika kristal bebas. Mineral yang terkait dengan silikosis meliputi kuarsa, kristobalit, dan tridimit, semuanya berpotensi ada dalam abu vulkanik.
Orang dengan masalah pernapasan yang ada, termasuk asma, dianggap paling berisiko terkena efek pernapasan awan abu vulkanik. Dokter Pernapasan dan ketua Dewan Asma Nasional, Jonathon Burdon, mengatakan untuk semua penderita asma harus meminum obat asma mereka, seperti yang ditentukan. Burdon mengatakan jika asma seseorang memburuk dengan paparan abu vulkanik, mereka harus menggunakan rencana krisis mereka dan jika tidak ada bantuan, segera dapatkan bantuan medis sejak dini.
Selain itu, Burdon juga mengingatkan orang harus berhati-hati dengan masker wajah yang mereka gunakan. "Kami sarankan Anda tinggal di dalam rumah saat erupsi gunung berapi. Tapi jika Anda berada di luar, masker wajah akan membantu. Pastikan Anda menggunakan masker yang pas di sekitar hidung dan mulut.”
NEWS | FORBES | CARLETON | BERBAGAI SUMBER