TEMPO.CO, Jakarta - Keraguan terhadap pasangan bisa saja muncul pada saat menjelang pernikahan. Biasanya alasannya serius dan berat. Misalnya, pasangan belakangan diketahui melakukan kekerasan, pasangan ternyata tidak memiliki rasa cinta seperti yang diharapkan, atau faktor adanya cinta yang lain di luar sana, dan lain - lain.
Akan tetapi, tidak banyak orang yang mengikuti keraguannya. Alih - alih meminta hubungan diakhiri dan pernikahan dibatalkan, kebanyakan orang malah tetap melangsungkan pernikahan yang sudah direncanakan ini. Dengan harapan, setelah menikah penyebab - penyebab keraguan akan sirna dan hubungan akan berjalan lancar ke depannya.
Baca juga:
Dituduh Pelakor, Begini Gaya Bu Dendy Menangkisnya
4 Fashion Pria yang Bisa Menggaet Sang Pujaan Hati
Penyakit dan 2 Wanita di Kehidupan Stephen Hawking
Berbincang dengan Aura, psikolog klinis dewasa dari TigaGenerasi Anna Margaretha Dauhan mengungkap, bahwa ada banyak alasan sehingga pilihan membatalkan pernikahan yang berisiko menjadi berat untuk dilakukan.
"Kalau terkait dengan berat membatalkan pernikahan, biasanya karena sudah banyak persiapan yang dilakukan, sehingga ragu - ragu kalau harus dibatalkan," ujar Anna Margaretha Dauhan Selasa 13 Maret 2018. "Ada banyak konsekuensi yang harus ditanggung, baik itu finansial maupun sosial," lanjutnya.
Finansial, seperti uang muka gedung, katering, dan lain - lain, bisa saja hangus jika pernikahan dibatalkan. Secara sosial, biasanya ada pertimbangan malu dengan keluarga dan teman - teman yang sudah tahu adanya rencana pernikahan. Terutama jika lamaran resmi sudah dilakukan dan melibatkan banyak pihak keluarga atau teman.
"Juga semakin mendekati hari H, biasanya undangan pun sudah disebar," ujar Anna Margaretha Dauhan. "Sehingga semakin banyak upaya yang harus dilakukan untuk membatalkan pernikahan. Dan kemungkinan menjadi gunjingan banyak orang semakin besar," sambungnya.
Oleh karenanya, keputusan membatalkan pernikahan, kendati diketahui berisiko, pada akhirnya sulit untuk diambil. "Karena yang terkena dampak biasanya seluruh keluarga, dan dari kedua belah pihak," pungkas Anna Margaretha Dauhan.