TEMPO.CO, Jakarta - Bila Anda memperhatikan, ada satu perilaku khas anak balita. Mereka senang meletakkan benda secara berurutan. Entah ketika menjajarkan mainan, meletakkan sepatu, menempel stiker, atau iseng meletakkan benda apa pun.
Apakah perilaku ini wajar? Kapan orang tua perlu khawatir perilaku ini merupakan gejala dari gangguan perilaku?
Pada tahap normal, perilaku gemar meletakkan benda secara berurutan wajar terjadi pada anak.
Baca juga:
Big Bad Wolf : Manfaatkan Jasa Titip, Begini Aturan Mainnya
David Beckham dan Sripun, Duet Pembawa Perubahan
Vitamin Bukan Gizi Ideal untuk Pekerja Aktif? Cek Kata Ahli
Menurut Dr. Maria Montessori, penggagas metode pendidikan Montessori asal Italia, periode sensitif anak untuk mengenali sesuatu secara berurutan dimulai sejak lahir dan mencapai puncaknya ketika anak berusia 18 bulan hingga 2,5 tahun—bisa berlanjut hingga anak berusia 5 tahun. Hal ini ditunjukkan dengan ketertarikan anak terhadap hal-hal yang bersifat konsisten, teratur, dan berulang. Mengurutkan benda tidak hanya menciptakan keteraturan pola pikir anak, tetapi memberi perasaan nyaman bagi mereka.
Mengurutkan mainan dan menyusun benda lain secara berurutan cara anak untuk merasakan, tindakan mereka bisa memberi pengaruh pada lingkungan sekitar.
“Balita sedang berada di tahap di mana menguasai lingkungan sesuatu yang sangat dinikmati. Karena hal itu memberikan mereka perasaan mengendalikan dan kekuatan mengatur sekeliling mereka. Dan hal itu tidak dapat dilakukan sebelum mereka bisa merangkak dan berjalan secara mandiri,” urai Dr. Anna Shier, psikiater anak dan dewasa dari Scottsdale, Arizona, AS.
Perilaku balita yang gemar mengurutkan benda juga pertanda kemampuan kognitif yang baik.
“Merapikan dan mengurutkan benda penting bagi anak karena itu adalah dasar kemampuan matematika. Mengurutkan benda mengajarkan anak tentang sensitivitas terhadap angka, pola, bentuk, dan kemampuan memecahkan masalah serta mengantar anak ke analisis objek,” kata Shier.
Untuk orang tua, manfaatkan momen ini untuk mengajarkan tentang warna, ukuran, bentuk, dan pola. Misalnya, minta anak menjajarkan mainan dari yang terbesar hingga terkecil; mengelompokkan lego berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna; atau mengurutkan mainan berdasarkan material seperti kayu, plastik, atau bahan lembut seperti pada boneka.