TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes bisa terjadi pada siapa saja, baik anak atau orang dewasa. Hal itu sempat terlihat pada pengalaman Tresia Silvia Wulandari, 54 tahun. Ia tak pernah mempermasalahkan tubuh tambun anaknya. Sejak kecil, badan Eldian Rinaldi-nama anaknya-tergolong besar. Enam tahun lalu, saat Eldian duduk di bangku kelas III sekolah menengah pertama, berat badannya sudah 100 kilogram. "Badannya padat, jadi enggak terlalu kelihatan gemuk," kata Wulandari, beberapa waktu lalu.
Perempuan asal Jambi ini justru merasa khawatir saat badan anaknya kurusan. Tanpa diet atau olahraga, pada tahun yang sama, bobot anaknya menyusut sekitar 10 kilogram. "Dia juga seringngeluh, ’Mama, kok pusing ya’," ujarnya.
Baca: Kakak Zaskia Sungkar Meninggal Akibat Autoimun, Simak Gejalanya
Cemas badan Eldian bermasalah, Wulandari membawanya ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah puasanya lebih dari 500 miligram per desiliter (mg/dL). Padahal normalnya hanya80-100 mg/dl. "Saya kaget, benar setinggi ini?" ucapnya.
Vonis diabetes pun diterima Eldian. Wulandari curiga penyakit ini muncul gara-gara anaknya gemar mengkonsumsi minuman kemasan. Eldian mengakui, sejak dua tahun sebelum terdiagnosis diabetes, ia memang senang mengkonsumsi minuman manis dalam kemasan. "Kadang teh, kadang jus, sehari empat sampai lima kotak," ucap Eldian.
Diabetes terjadi ketika tubuh bermasalah dengan insulin, hormon yang membantu mengubah gula yang berasal dari makanan menjadi energi. Ketika tubuh tak memproduksi cukup insulin, gula menumpuk dalam darah. Jika dibiarkan, semua organ tubuh akan bermasalah.
Ada dua tipe diabetes yang bisa dialami anak: tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun, yakni sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel pembuat insulin di pankreas. Akibatnya,insulin yang diproduksi tak cukup,atau malah pankreas tidak memproduksi insulin sama sekali.
Baca: Stephen Hawking Dikremasi, 11 Tokoh Dunia Ini pun Pilih Kremasi
Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi karena pankreas tak memproduksi cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. Atau karena sel-sel tubuh menjadi kurang peka terhadap insulin, yang dikenal dengan istilah resistansi insulin.
Sementara diabetes tipe 1 terjadi karena imun tubuh salah mengenali sel pembuat insulin, diabetes tipe 2 disebabkan oleh pola hidup yang tak dijaga. Asupan makanan tak seimbang dengan energi yang dikeluarkan sehingga menyebabkan obesitas.
Diabetes bisa dikenali dari gejalanya. Menurut dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak, Andi Nanis Sachrina Marzuki, diabetes tipe 1 dan tipe 2 punya gejala yang sama. Orang tua mesti curiga kalau anak banyak minum, sering buang air kecil,dan banyak makan tapi tubuhnya malah menyusut. "Makannya banyak, enggak olahraga, tapi malah jadi kurus," ujarnya.
Tanda lain yang bisa dikenali adalah kulit berubah menjadigelap, tebal, dan seperti beludru pada bagian tubuh yang berkerut dan melipat seperti ketiak, selangkangan, dan leher. Dalam dunia kedokteran, ini dinamakan acanthosis nigricans.
Baca: Anak Terbiasa Diasuh Asisten Rumah Tangga, Dewasa Ketergantungan
Nah, agar semua kondisi ini tak terjadi, Nanis mewanti-wanti orang tua lebih memperhatikan kondisi anak. Orang tua tak bisa menghindari diabetes tipe 1 lantaran itu penyakit autoimun. Tapi, dalam kasus diabetes tipe 2, orang tua berperan besar mencegah anaknya mengidap penyakit ini.
Yang penting dilakukan, menurut Nanis, adalah mengontrol berat badan anak. Perkembangan anak bisa dipantau lewat kurva pertumbuhan anak sampai umur 18 tahun yang bisa diunduh di situs Badan Kesehatan Dunia (WHO).Kalau berat badannya melebihi batas ideal yang disebutkan kurva, orang tua mesti mulai berhati-hati. "Jangan bangga dengan anak gemuk. Membiarkan anak gemuk sama dengan membiarkan anak mati cepat," ujarnya
Sebelumnya, keluarga besar aktris Zaskia dan Shireen Sungkar sedang berduka. Kakak tiri mereka, Jamilah Sungkar meninggal dunia pada Sabtu 31 Maret 2018 karena penyakit autoimun yang dideritanya.