TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran ayah secara fisik, juga berinteraksi, mengenal, serta memahami anak-anaknya akan mendorong perkembangan dan penguatan moral anak. Namun tak jarang karena alasan tertentu, sang ayah jauh dari anaknya.
Sosok ayah dapat berpengaruh tidak hanya saat anak sudah menginjak remaja, tapi juga dari semasa bayi sampai balita.
Anak yang sejak kecil berinteraksi dekat dengan ayah, ketika dewasa, akan menjadi sosok pribadi yang lebih simpatik, empati, hangat, dan cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Baca juga: Salman Khan Berotot, Intip Jadwal dan Menu Dietnya
Cara ayah berinteraksi dengan anak-anaknya berbeda dari sang ibu. Umumnya, seorang ibu melakukan interaksi dengan anaknya lebih tenang, stabil, dan lembut. Para ibu akan cenderung memainkan permainan yang sudah lazim, seperti cilukba, tepuk-tepuk tangan, membaca buku, serta menggerakkan mainan atau puzzle.
Sementara itu, bila dengan ayah, biasanya anak akan diajak bermain lompat-lompatan, memanjat, kuda-kudaan, atau pesawat-pesawat terbang dengan mengangkat atau mengayunkan tubuh anak.
Baca Juga:
Keduanya memiliki cara dan perannya sendiri dalam mewarnai dunia anak-anaknya. Dalam keluarga, ayah akan menjadi panutan yang sangat dibutuhkan untuk anak, sehingga sentuhan kasih ayah memiliki kesan lebih mendalam di hati anak-anak.
Tidak heran jika banyak dari para ayah menjadi pujaan hati anak perempuannya. Anak perempuan akan belajar mengenai figur laki-laki dan memberikan sudut pandang mengenai laki-laki dari ayahnya.
Ayah dan ibu memiliki peran masing-masing yang saling mendukung dan membantu, sehingga apabila salah satu fungsinya rusak, ada kemungkinan anak akan kehilangan identitas.
Termasuk bila seorang ayah berada jauh dari anak-anaknya. Dampak buruk dari kondisi itu dapat diminimalkan, terutama dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Akademikus psikologi Muhamad Nanang Suprayogi berpendapat, bila ayah berada di tempat yang jauh, tetap diusahakan berkomunikasi lewat aplikasi perpesanan atau media sosial. “Disarankan tidak hanya komunikasi audio saja, juga secara visual (video call),” ujarnya. Baca: Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda
Tatap muka secara virtual penting untuk tetap menumbuhkan dan menguatkan ikatan emosional antara ayah dan anak, terutama bila anaknya masih kecil. Saat komunikasi dijalin, sang ayah dapat menanyakan anak hal-hal yang berkaitan dengan sekolahnya, guru-gurunya, teman-temannya, atau hal-hal yang disukainya.
Saat sang anak bercerita, ayah perlu menanggapi cerita tersebut, mencatatnya, dan bila perlu menghafal nama guru anaknya, nama teman-teman anaknya, pelajaran yang disukai anaknya, dan apa yang dikeluhkan anaknya.
Kemudian ayah harus memberikan kesempatan kepada anaknya menceritakan sesuatu, apakah itu tentang nilai yang bagus atau pujian yang dia terima dari gurunya.
Ayah juga harus peka bila melihat anak kurang ceria, seperti sedang memendam sesuatu yang tidak menyenangkan. Berilah kesempatan anak mencurahkan hati tentang kesedihannya, dengarkan, dan kuatkan dia.
Bila sang ayah berkesempatan pulang, kata Nanang, perlu juga membawakan sesuatu atau oleh-oleh yang disukai anaknya. Setelah sampai di rumah dan bertemu anak, segera peluk dan cium anak dengan penuh kasih sayang.
“Ucapkan ayah sayang dan kangen pada anaknya. Ucapkan juga ayah senang karena bertemu lagi dengan mereka. Ayah perlu juga mengucapkan terima kasih ke mereka karena telah menjadi anak yang baik, menurut sama orang tua, dan mau membantu ibu selama ayah jauh.”
Hal penting lain adalah menyempatkan waktu jalan-jalan atau bersantai bersama keluarga. Mengajak anak-anak berekreasi tidak perlu ke tempat yang jauh atau mahal karena yang lebih mereka butuhkan adalah kebersamaan keluarga.
Sementara itu, psikolog Carla Adi Pramono mengatakan, bila memungkinkan, ayah perlu pulang ke rumah berkala dalam waktu yang tidak terlalu lama, terlebih jika masih memiliki anak yang masih kecil atau remaja.
Pada usia tersebut, penting anak belajar mengenai peran gender dan akan menjadi lengkap bila ada ayah, sehingga anak tahu peran laki-laki atau perempuan dengan lebih baik. Baca: Farnese Blue: Berlian Bersejarah dari Eropa Ini Segera Dilelang
Bila tidak memungkinkan, komunikasi via telepon pun bisa. Hanya, hal itu sangat terbatas sehingga tetap disarankan untuk hadir.
“Mungkin ada yang bilang, yang penting quality time, itu benar. Tapi kalau quality time-nya hanya setahun sekali, rasanya kurang. Kehadiran ayah secara fisik tetap dibutuhkan anak walau mungkin yang lebih banyak mengasuh adalah ibu.”