TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan tidur bisa menimpa siapa saja, namun bukan berarti hal ini tak perlu dianggap sebagai masalah yang biasa-biasa saja.
Tidur adalah salah satu cara mengurangi tekanan pekerjaan ataupun kompetisi dalam hidup, baik disadari atau pun tidak. Guna menjaga kondisi tubuh dibutuhkan kualitas tidur yang baik. Saat tidur bagian tubuh yang bekerja keras beristirahat dan menjalani proses regenerasi.
Kendati begitu, kualitas tidur setiap orang berbeda-beda, kondisi fisik dan mental akan sangat mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pola tidur, seperti terbangun di malam hari, tidak bisa tidur, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur.
Baca: Apa Itu Gaya Hidup Sedentari? Bisa Ancam Jiwa? Cek Solusinya
Namun, masyarakat masih banyak yang tidak paham terkait gangguan tidur. Bahkan, ada juga yang menganggap gangguan tidur adalah hal yang biasa.
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Suriya Suwanto mengatakan akibat gangguan tidur yang paling mudah dikenali adalah kelelahan, merasa lemas dan mengantuk, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi. "Semua sel yang ada dalam tubuh membutuhkan istirahat, jika tidak istirahat maka energi tidak kembali. Pola tidur yang tidak benar menyebakan gangguan tidur," katanya di Royal Progress, Rabu 11 April 2018.
Baca juga: Sukses di Indonesian Idol, Begini Daniel Mananta Atasi Tumor
Dia mengatakan gangguan tidur juga disebabkan beberapa faktor seperti lingkungan seperti tekanan pekerjaan, kejiwaan, juga genetika seperti anatomi tubuh.
Guna membantu menangani masalah tersebut Rumah Sakit Royal Progress menggandeng MedAlpha membuka Royal Sleep Institute (RSI). Hal tersebut dilakukan untuk mengedukasi masyarakat luas dalam mencegah dan mengelola obstructive sleep apnea (OSA) yang dapat mengakibatkan kematian.