TEMPO.CO, Jakarta - Program manager Pencerah Nusantara Siska Verawati menceritakan salah satu keberhasilan yang pernah diraih tim Pencerah Nusantara dalam hal gizi. Pengalamannya itu berkat daun kelor. "Namanya program repos kelor," katanya di Jakarta pada 12 April 2018.
Menurut Siska, saat itu Pencerah Nusantara bekerja sama dengan tim Puskesmas Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat. Di daerah itu, tumbuh banyak sekali daun kelor. "Sayang daun dengan manfaat baik itu tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar," katanya. Hal itu terlihat dari fakta bahwa satu dari enam anak di Sumbawa Barat mengalami malnustrisi.
Kelor merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Beberapa orang Indonesia masih percaya bahwa daun kelor dapat mengusir atau menangkal hal-hal yang berkaitan dengan mistik, seperti santet dan pengusir setan. Hal itu, sempat terjadi di kawasan Sumbawa Barat. Masyarakat setempat menggunakan daun itu untuk memandikan jenazah.
Baca juga:
Kopi Sebabkan Kanker? Cek Dulu Penjelasan Para Ahli Ini
UNBK Dianggap Sulit, Warganet Protes di Media Sosial
Apa Itu Gaya Hidup Sedentari? Bisa Ancam Jiwa? Cek Solusinya
Padahal sebenarnya banyak manfaat daun kelor untuk kesehatan. Salah satunya baik untuk pemenuhan gizi bagi balita. Seperti dilansir Antara, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang pernah menyatakan bahwa daun kelor dan susu sama-sama mengandung gizi tinggi. Namun daun kelor unggul dari segi ekonomi sebab daun kelor banyak hidup di Indonesia, tetapi belum dimanfaatkan sepenuhnya.
Baca Juga:
Selain itu daun kelor memiliki kelebihan dibandingkan dengan susu. Selain mengandung protein, daun kelor juga mengandung vitamin dan zat besi yang cukup tinggi. Selain baik untuk balita, kandungan zat besi pada daun kelor juga cocok untuk ibu hamil agar tidak kekurangan darah saat melahirkan.
Siska mengatakan beruntung sekali ada seorang ahli gizi dalam timnya. Akhirnya, Pencerah Nusantara pun mengedukasi masyarakat terkait khasiat daun itu. Mereka melakukan pelatihan kader, peningkatan istem pelayanan posyandu 5 langkah, advokasi pemerintah desa soal kebijakan pendanaan. "Terkait daun kelor, kami gunakan daun kelor untuk Pemberian Makanan Tambahan di posyandu. Ada juga kelas gizi dan bagi ibu bayi dan balita," katanya.
Ilustrasi dokter gizi. shutterstock.com
Pengenalan manfaat daun kelor pin dilakukan melalui berbagai cara. Masyarakat diajak untuk mengolah daun kelor menjadi nuget kelor, puding kelor, indomi kelor, hingga bakso kelor. Hasilnya, perbaikan gizi di daerah itu pun meningkat. Siska menunjukkan angka gizi kurang di daerah itu tadinya berjumlah 15,06 persen. Jumlah itu menurun menjadi 7,8 persen.
Angka kunjungan posyandu pun meningkat dari yang tadinya hanya 69,05 persen, menjadi 77,08 persen. Keberhasilan yang utama dalam hal gizi mereka alami saat pemerintah setempat melahirkan Peraturan Bupati 80 tahun 2017 tentang program pelestarian kelor. "Dalam aturan itu, disebutkan bahwa masyarakat perlu menanam daun kelor di halaman masing-masing," katanya.