TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta agar masyarakat Indonesia sesekali berpuasa menggunakan media sosial.
Hal ini disampaikannya saat mengisi acara bertajuk “Be Social Media Peacemakers!” di Auditorium Universitas Sam Ratulangi, Manado, Jumat, 13 April 2018. Menurut dia, puasa menggunakan media sosial penting bagi masyarakat, terutama generasi muda. “Ayo, sekali-sekali kita puasa (menggunakan) media sosial. Puasa di media sosial bukan berarti kita tidak menggunakan media sosial seterusnya. Sesekali bisa,” ujarnya.
Jika terpaksa menggunakan media sosial, masyarakat diimbau untuk berhati-hati dalam menyampaikan data pribadi. Hal ini, dia melanjutkan, untuk menghindari kejadian serupa dengan bocornya data pengguna Facebook.
Baca: 17 Tahun Derita Bipolar, Tilik Kiat Mariah Carey Menghadapinya
Maklum, Indonesia merupakan negara pengguna Facebook keempat terbanyak di dunia. Menurut Rudiantara, Bekasi dan Jakarta, menduduki urutan ketiga dan keempat kota dengan pengguna Facebook teraktif di dunia.
Ilustrasi facebook. REUTERS
Tidak mengherankan pula jika ada pemanfaatan data masyarakat Indonesia. Seperti diketahui, 87 juta data pribadi pengguna Facebook bocor dalam skandal Cambridge Analytica. Dari jumlah itu, sebanyak 1,1 juta merupakan pengguna dari Indonesia.
“Bukan lagi mengimbau, tapi sangat-sangat sangat menyarankan kepada teman-teman, puasa lah sekali-sekali, enggak ada ruginya kok. Kalau terpaksa, sampaikan datanya hati-hati, jangan semua disampaikan,” katanya.
Baca: Selingkuh Bisa Menurun kepada Anak, Simak Solusi Ahli
Selain itu, pihaknya menyarankan agar masyarakat menggunakan media sosial atau aplikasi pesan buatan Indonesia. Pasalnya, saat ini sudah ada lebih dari 10 aplikasi buatan anak Indonesia. Beberapa di antaranya Pesankita Indonesia dan Catfiz Messenger.
Dia mengakui memang aplikasi-aplikasi buatan lokal ini masih belum terlalu ramah bagi penggunanya dibandingkan dengan aplikasi yang sudah ada secara global. Namun, penggunaan aplikasi ini menjadi wujud dukungan kepada perusahaan rintisan generasi muda. “Kalau kita tidak mempunyai kebijakan keberpihakan kepada produk karya anak bangsa, kapan lagi kita mau maju?” kata Rudiantara.
Baca: Ibunda Lucinta Luna Wafat, Ini 5 Tahap Duka yang Harus Dilewati
Menurut dia, keberpihakan pada start-up menjadi penting untuk memberikan ruang generasi muda berinovasi. Terlebih, pada 2030, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi dengan komposisi masyarakat usia produktif sekitar dua kali yang nonproduktif.
Selain itu, pada 2030, akan ada tambahan 90 juta orang Indonesia yang masuk ke masyarakat dengan sifat konsumsi tinggi, dari totalnya 135 juta. Ini terjadi jika perekonomian Indonesia tumbuh 5-6 persen. Jika perekonomian bisa didorong tumbuh 7 persen, tambahan bisa mencapai 190 juta.
Baca: 80 Persen Diabetes Tipe 2 Bisa Dicegah, Kenali 6 Faktor Risikonya
Selain itu, ekonomi Indonesia pada 2030 akan sama dengan penggabungan ekonomi negara ASEAN. Pada saat yang bersamaan, ada peluang Indonesia mencatatkan perekonomian terbesar kelima di dunia.