TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan kebutuhan eksistensial, seperti dilakukan orang melalui media sosial merupakan bagian dari kebutuhan dasar. Dengan demikian, jika kehilangan hal tersebut, keseimbangan hidup manusia akan terganggu. Manusia, ia mengimbuhkan, juga harus menjadi bagian dari sebuah komunitas, baik kecil maupun besar, di dunia nyata maupun dunia maya. "Eksis ini bukan berarti senang tampil, bukan narsis," katanya kepada Tempo, awal April lalu.
Menurut Ratih, kehilangan atau tertinggal perihal satu informasi bisa berarti ada hal yang kurang dari diri orang yang mengalami fobia FOMO. Ia menyatakan ketertinggalan informasi akan membuat seseorang menjadi tidak nyambung dengan komunitasnya dan rasa ketidaknyambungan itu akan menghasilkan rasa yang tidak nyaman. Baca: Ibunda Lucinta Luna Wafat, Ini 5 Tahap Duka yang Harus Dilewati
Ratih menuturkan, rasa tidak ingin tertinggal informasi, apalagi sudah sampai pada tahap ketagihan, bisa mengganggu keseimbangan hidup seseorang dan membuat kualitas hidupnya memburuk. Ia pun memiliki kiat agar seseorang bisa meminimalkan fobia FOMO.
Caranya adalah membuat diri Anda sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang membuat Anda jauh dari gawai. Ia mengakui hal ini masih akan membuat seseorang tetap bisa mengakses media sosial, tapi paling tidak pengaruhnya bisa diminimalkan. Bagi anak-anak muda, misalnya, mereka bisa mengikuti kegiatan berkemah, pramuka, sanggar tari, dan lain sebagainya. Baca: Baca: Alami Osteoarthritis, Coba Ubah Menu Makan Anda
Ratih menjelaskan, mereka yang sangat intens memakai media sosial cenderung kurang sibuk dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, mereka biasanya merupakan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan media sosial.
KORAN TEMPO