TEMPO.CO, Jakarta - Entah gara-gara anak terlambat bangun, waktu mandi yang berlarut-larut, atau si kecil kurang cocok dengan menu sarapan yang dihidangkan di meja makan, drama di pagi hari bisa saja langsung terjadi.
Meski sekilas tampak sepele, konflik keluarga di pagi hari itu bisa mengganggu suasana hati anak hingga memengaruhi kegiatan belajarnya di sekolah. Baca: Gemar Minuman Soda? Waspadai Sakit Jantung Mengintai
Baca Juga:
Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani cara untuk menanganinya yang pertama adalah memiliki aktivitas di pagi hari yang teratur. “Contohnya setelah bangun tidur, mandi, lalu pakai baju, dan sarapan. Setiap pagi harus ada konsistensi itu. Jangan kadang-kadang sarapan, kadang-kadang tidak. Tujuannya, meminimalkan protes dari anak yang bisa berujung drama di pagi hari," kata psikolog yang akrab disapa Nina ini kepada Bintang, di Jakarta.
Selain aktivitas di pagi hari, jadwal tidur anak juga perlu diatur. Anak harus tidur cukup karena waktu tidur yang kurang rentan memicu drama di pagi. Baca: Pria, Suka Gaya Kasual? Ikuti Tips Fashion Berikut Ini
Dalam konflik di pagi hari itu, psikolog anak dari Tiga Generasi, Vera Itabiliana Hadiwidjojo pun mengimbau agar para ibu jangan hanya mengandalkan ayah sebagai mediator konflik.
Para ibu juga harus mampu mengendalikan emosi dan jangan mudah tersulut dengan tingkah anak. Apalagi ketika anak masih kecil hingga remaja, peran ibu untuk memahami anak akan lebih besar. Karenanya, ibu harus bisa mengatur ekspektasi dan merespons perilaku anak dengan lebih spesifik, mengingat karakter setiap anak berbeda.
Di sisi lain, ayah sebaiknya tidak menganggap tugas mengurus rumah tangga termasuk menyiapkan anak sebelum berangkat sekolah di pagi hari sebagai tugas istri. Agar lebih efektif dan meminimalkan drama, lakukanlah persiapan bersama-sama. Baca: Tips Lakukan Detoksifikasi Media Sosial
Kekompakan ayah dan ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menurut Vera, akan memberi manfaat ganda. Selain menjadi contoh yang baik, juga memberikan perasaan nyaman dan tenang pada anak sehingga ia akan lebih dekat dengan kedua orang tua. “Sebab di tahap usia perkembangan manapun, sebaiknya anak dekat dengan kedua orang tuanya,” Vera mengingatkan.
TABLOID BINTANG