TEMPO.CO, Jakarta - Di Hari Kartini 2018 ini, berbagai profesi unik dan sebelumnya tidak terbayangkan untuk dikerjakan oleh kaum perempuan, kini sudah terkikis sedikit demi sedikit. Termasuk profesi sebagai Barista. Barista ternyata bisa dilakukan perempyan yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus soal mengolah kopi.
“Tak semua bisa melakukannya,” ujar Barista perempuan, Evani Jesslyn saat dihubungi TEMPO.CO 20 April 2018 malam.
Menurut Evani, menjadi Barista perempuan, sama seperti wujud cita-cita semangat ibu Kartini, untuk membuktikan bahwa kemampuan tidak sebatas berdasarkan dari gender. “Tetapi dari kemampuan dan kesempatan tanpa mengubah kita menjadi wanita seutuhnya,” katanya.
Baca juga:
Hari Kartini: Hellen Kurniati, antara Perempuan Smart dan Buaya
Dokter Gizi : Ibu, Sosok Kartini yang Sering Terlupakan
Rambut di Area Intim Perlu Dicukur Habis? Intip Kata Dokter
Menurut Evani, di era digital ini, dimana ilmu dan pelajaran bisa dengan mudah ditemukan dan dapat dipelajari oleh semua orang, wanita indonesia harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa menambah kemampuan dan pribadi yang lebih baik. “Bisa itu karena terbiasa, yang didapat dari banyak membaca dan mencoba,” katanya.
Menjadi Barista, bagi Evani, seperti kebanggaan yang membuktikan bahwa wanita juga bisa melakukan berbagai hal asalkan diberikan kesempatan. “Berdasarkan dari penilitian, wanita memiliki sensor rasa yang lebih baik dibanding dengan pria untuk menilai taste sebuah kopi,” katanya lewat pesan elektronik.
Seperti ditulis MAJALAH TEMPO, beberapa waktu lalu, Evani, 28 tahun, hijrah dari Amerika Serikat ke kampung halaman di Semarang, dan membawa serta mimpinya. Barista ini berambisi mendirikan kedai kopi dan mengajarkan ilmu perkopian.
Pemilik Kedai Kopi First Crack Coffee, Evani saat membuka gerai keduanya di kawasan Sudirman, Jakarta, 2 Maret 2018. TEMPO/Chitra Paramaesti
Mimpinya menjadi kenyataan. Kini dia punya empat kedai kopi. Strada Coffee dibuka di Semarang dan Jambi. Kemudian First Crack Coffee di Sunter dan di SCBD di Jakarta. Di Crack Coffee, Evani memiliki konsep menarik, yaitu menggabungkan kedai dan laboratorium kopi.
Salah satunya dengan menggelar Akademi Kopi, yaitu kursus barista selama sepekan. Lewat presentasi modul dan praktik singkat, peserta akan mendapat pemahaman cara mengikuti sertifikasi Coffee Diploma-brevet prestisius yang dikeluarkan Specialty Coffee Association.
Akademi sepekan itu, kata lulusan University of California, Berkeley, ini, adalah paket komplet. Peserta mendapat ilmu perkopian dari hulu sampai hilir, mulai pengenalan biji kopi hingga penyeduhan. Dia membuka kesempatan bagi petani sampai penikmat kopi untuk mengikuti kelas singkat itu.
Baca juga: 5 Jurus Sukses Mengatur Keuangan, Jangan Boros
Misi akademi kopi yang dibuat Evani cuma satu: mengangkat keunggulan kopi Indonesia. Sebab, makin banyak orang Indonesia punya brevet Coffee Diploma, kopi Indonesia akan makin terkenal. "Dengan sertifikat itu, makin banyak orang yang bisa menjelaskan secara ilmiah dan kredibel soal kopi Indonesia," ujar Evani.
Rupanya, Akademi Kopi ini semakin diminati. “Berkembang pesat, mengagetkan dan membahagiakan, murid wanitanya banyak,” ujar Evani sumringah. Setiap kelas ada 6 sampai 10 murid, dan jumlah murid wanitanya rata-rata 60 persen.
Jelas, fakta ini membuat Evani sumringah, karena barista perempuan pun akan semakin banyak kelak.
Sosok Kartini, yang tangguh, cerdas, berpendirian, ini menurut Evani sangat menginspirasi barista perempuan. “Profesi barista ini banyak digeluti lelaki, saya ingin menunjukkan bahwa tidak ada laki-laki yang bisa melakukan sesuatu lebih baik daripada wanita, karena pria dan wanita terlahir sama,” katanya.
MAJALAH TEMPO | RAYMUNDUS RIKANG | SDJ