TEMPO.CO, Jakarta - Selain karakter, cara pandang generasi milenial terhadap karier pun cukup unik. Psikolog industri dan organisasi sekaligus executive coach terakreditasi ICF, Meta Trisasanti, menerangkan, berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan dasar para generasi milenial telah dipenuhi oleh orang tua mereka, generasi baby boomer yang relatif mapan secara finansial.
Karena itu kebutuhan utama generasi milenial saat ini bukanlah materi semata, melainkan terpenuhi self-esteem atau penghargaan terhadap diri, juga pengakuan dan fungsi sebagai bagian dari kelompok.
Baca juga:
DJ Avicii Meninggal, Benarkah Alkohol Sebabkan Pankreatitis Akut?
Mengapa Biaya Pengobatan Kanker Mahal? Ini Penjelasan Dokter
Hari Kartini: 43 Persen Perempuan Berhasil di Dunia Karier
“Para milenial akan dapat bertahan pada sebuah pekerjaan dalam jangka waktu relatif panjang, jika pekerjaan itu memenuhi beberapa kriteria. Yakni adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab, work-life balance (keseimbangan antara karier, pribadi, dan sosial), fleksibilitas jam kerja, penghargaan terhadap keunikan individu, penghargaan atas hasil kerja, kepercayaan serta kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Jika sebagian besar dari unsur-unsur itu tidak terpenuhi, bukan tidak mungkin mereka akan mencari ladang baru,” kata Meta.
Oleh karenanya mereka cenderung memilih pekerjaan dengan kebebasan untuk mengembangkan diri. Biasanya pekerjaan itu terdapat pada sejumlah profesi baru yang lahir di era kecanggihan teknologi.
“Karena sangat lekat dengan teknologi, profesi favorit dan idaman para milenial juga masih berkaitan erat dengan kecanggihan teknologi. Seperti profesi yang terkait dengan teknologi (misalnya web developer, bloger), dengan dunia hiburan (misalnya DJ, sutradara, aktor), dengan hobi (misalnya pengamat kuliner, gaya hidup, mode), atau di perusahaan multinasional yang berkaitan dengan teknologi dan perusahaan startup,” kata Meta.