TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya fenomena LGBT atau lesbian gay biseksual dan transgender saat ini, salah satunya dipicu oleh sifat permisif atau serba memperbolehkan sesuatu di tengah masyarakat. Begitu penilaian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar).
"Sekarang kalau melihat fenomena ini orang kerap membiarkan saja asalkan pelakunya bukan keluarga sendiri, sikap seperti ini membuat LGBT tumbuh subur," kata Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar di Padang, Selasa, 24 April 2018.
Baca juga:
Tetap Sehat, 7 Daerah Tubuh Ini Tak Perlu Dibersihkan Setiap Hari
Kate Middleton Melahirkan Anak Ketiga, Simak Aturan Kerajaan Ini
Merasa Ragu untuk Terbuka kepada Pasangan? Intip 4 Tips Ini
Gusrizal mengelompokkan pelaku LGBT menjadi tiga kategori yaitu mereka yang memandang itu sebagai ideologi atau jalan hidup, para korban dan mereka yang berpeluang jadi korban.
Disebutkan juga bahwa para pelaku ideologis sebaiknya harus diumumkan secara terang-terangan agar tidak jatuh korban baru. "Orang-orang yang secara ideologis ini kemana-mana bergerak, mengembangkan perilakunya, masyarakat tidak bisa diam saja membiarkannya," ujarnya.
Sebelumnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia di Sumbar menemukan perilaku lesbian gay biseksual transgender (LGBT) khususnya hubungan seksual antara sesama laki-laki menjadi pemicu HIV tertinggi di Sumbar.
"Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan terdapat 10.376 kasus HIV baru pada periode Januari sampai Maret 2018 dengan persentasi lelaki suka lelaki sebesar 28 persen," ujar konselor Perhimpunan Konselor VCT dan HIV/AIDS Indonesia, Sumbar, Khaterina Welong.
Ia memperkirakan saat ini jumlah lelaki penyuka sesama jenis di Sumbar 14.469 orang, jumlah waria 2.501 orang dengan perkiraan pelanggan 2,5 kali lipat.
Artinya kalau pelanggan waria adalah bapak-bapak maka masuk kategori laki-laki suka laki-laki dengan demikian total pria penyuka sesama jenis diperkirakan mencapai 20 ribu orang, jelas dia.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan perlu diklarifikasi bahwa data yang disampaikan tersebut baru estimasi, bukan angka yang sebenarnya.
"Sumbar dikenal dengan daerah agama yang menolak keras LGBT, namun di sini ternyata ada ini menjadi persoalan tersendiri,” ujarnya.
Ia mengajak semua pihak serius menyikapi fenomena LGBT tanpa kecuali, harus bahu membahu terlibat termasuk para orangtua.