TEMPO.CO, Jakarta - Aktor senior Indonesia yang dikenal lewat perannya sebagai pendekar dalam film Pandji Tengkorak, Deddy Sutomo, meninggal dunia pada 18 April lalu karena kardiomiopati. Sebuah kondisi saat otot jantung lambat dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Sejumlah penyakit degeneratif yang diderita seseorang dapat memperbesar kemungkinan seseorang mengidap kardiomiopati, di antaranya diabetes. Pada tanggal yang sama pula, saban tahunnya Indonesia merayakan Hari Diabetes Nasional. Saat ini, Indonesia berada di posisi sepuluh besar negara yang memiliki jumlah penderita diabetes terbesar di dunia dengan jumlah penderita mencapai 10 juta jiwa. Baca: Kelainan Genetik Langka Anak Joanna Alexandra, Ini Kata Dokter
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan menyatakan sebanyak 90 persen kasus diabetes yang terjadi merupakan diabetes tipe II. Selain itu, prevalensinya kian meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2007, prevalensi diabetes di Indonesia berada di angka 5,7 persen dan meningkat menjadi 6,9 persen pada 2013. World Health Organization, kata Anung Sugihantono, Direktur P2P, mengestimasikan jumlahnya akan mencapai 21,3 juta jiwa pada 2030.
Dia mengatakan diabetes tipe II umumnya terjadi pada orang dewasa. Namun, kata dia, beberapa tahun belakangan diabetes tipe ini juga mengintai remaja dan anak-anak. "Pola diet tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan anak memiliki berat badan berlebih atau obesitas," kata dia. Kondisi obesitas ini yang meningkatkan risiko anak dan remaja mengembangkan diabetes tipe II. Baca: Tak Hanya Kim Jong Un, 5 Kepala Negara Ini pun Punya Aturan Unik
Anung menekankan diet seimbang adalah pengaturan pola makan dan menu makan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi. Dia mengatakan cara melaksanakan diet seimbang adalah dengan mengkonsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi gula dengan batas maksimal konsumsi empat sendok atau setara 50 gram per hari, serta menghindari minuman berkarbonasi yang mengandung banyak gula.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan perubahan gaya hidup masyarakat saat ini memicu peningkatan tren penyakit tidak menular, salah satunya diabetes. "Makanan dan pola makan tidak sehat adalah faktor risiko berbagai penyakit dan menjadi pencetus utama terjadinya penyakit kronis," kata dia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, angka kejadian penyakit tidak menular terus merangkak naik dan menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. Obesitas dan diabetes melitus masing-masing menyumbang angka 15,4 persen dan 2,3 persen dan berada di posisi lima besar.
Karena itu, pemerintah gencar mengkampanyekan diet seimbang sebagai bagian dari gaya hidup modern. Penelitian yang dilakukan Hana Kahleova, dari Komite Dokter di Washington, menunjukkan diet vegan mampu menekan risiko diabetes. Para peneliti tersebut menemukan orang-orang dengan obesitas yang beralih menjalani diet vegan selama 16 minggu menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin. Baca: Benarkah Karbohidrat itu Jahat? Ini Kata Kata Dokter
Diabetes tipe II muncul ketika tubuh tidak mampu merespons insulin karena sel beta pancreas tidak menghasilkan cukup insulin. Insulin sendiri adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Ketika kondisi ini terjadi, kadar gula dalam darah menjadi terlalu tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada organ tubuh, seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf. Menurut Kahleova, para subyek penelitiannya menunjukkan perbaikan kadar gula dalam darah ketika menjalani diet vegan. "Ini merupakan implikasi penting untuk pencegahan diabetes," kata dia. Baca: Ini Beda Donald Trump dan Emmanuel Macron Terhadap Pasangannya
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh sejumlah peneliti nutrisi dari Oxford University menyatakan konsumsi satu apel segar setiap hari dapat menurunkan risiko diabetes hingga 12 persen. Pamela Dyson menyarankan setiap orang mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, blueberry, dan anggur segar setiap harinya. Ia juga merekomendasikan konsumsi yogurt dan keju secara teratur setiap hari. "Ini penting jika orang ingin memakan nutrisi, bukan sekadar memakan apa yang mereka makan," kata dia.
TELEGRAPH | SCIENCE DAILY | KORAN TEMPO