TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian orang mungkin memamerkan hubungan di media sosial menjadi tolak ukur kebanggaan. Kaum hawa adalah yang paling sering memamerkan hubungan mereka di media sosial, sementara para pria justru tak begitu menyukai hal-hal seperti itu.
Ini 3 alasan kenapa kaum adam tak suka pamer kebersamaan dengan pasangannya di media sosial.
1. Tidak Ingin Dibilang Sombong Mereka yang tidak suka pamer kemesraan di media sosial mungkin tidak ingin orang-orang berpikir negatif tentangnya. Jika terlalu sering mengumbar kemesraan di media sosial, orang-orang yang tidak suka mungkin akan menyebut mereka sombong.
2. Menghindari 'Perusak' Hubungan Kebanyakan pria berpikir bahwa hubungan harus dijaga privasinya dengan sebaik mungkin. Hal itu berguna untuk menghindari orang lain yang mencoba ikut campur atau 'masuk' ke hubungan mereka.
3. Tidak Ingin Jadi Konsumsi Publik Memamerkan kemesraan di media sosial terus menerus akan membuat mereka menjadi konsumsi publik. Satu hal yang perlu diketahui adalah tidak semua orang merasa nyaman ketika kehidupan pribadi mereka menjadi bahan perbincangan banyak orang.
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.
Video Pilihan
Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?
1 hari lalu
Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?
Orang sering menggunakan media sosial untuk memposting momen terbaiknya, membuat feed terlihat seperti highlight reel dari pengalaman keren.
Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad
1 hari lalu
Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad
Hari Bumi atau Earth Day pada 22 April dapat dirayakan dengan berbagai aktivitas termasuk meramaikan di media sosial lewat unggahan twibbon.
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya
2 hari lalu
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya
Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024
3 hari lalu
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024
Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita
CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial
4 hari lalu
CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial
Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman
Cara Menonaktifkan Sementara dan Menghapus Permanen Akun Instagram
4 hari lalu
Cara Menonaktifkan Sementara dan Menghapus Permanen Akun Instagram
Terdapat dua pilihan ketika ingin rehat dari Instagram, yakni menonaktifkan sementara dan menghapus akun secara permanen.
Saran Psikolog agar Mental Sehat setelah Libur Panjang
7 hari lalu
Saran Psikolog agar Mental Sehat setelah Libur Panjang
Hindari berbagai jenis kegiatan yang membuat tubuh minim bergerak agar mental tetap sehat usai libur panjang Lebaran.
Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut
8 hari lalu
Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut
Berikut beberapa tips untuk meminimalkan dampak penggunaan media sosial terhadap tingkat stres pada peringatan Bulan Kesadaran Stres.
Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf
10 hari lalu
Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf
Khatib salat Id di Bantul, Yogyakarta, mendadak viral di media sosial karena mengangkat materi dugaan kecurangan Pemilu 2024. Berikut sederet faktanya
BEM UI Kritik Penganiayaan TNI Terhadap Warga Papua, Dibalas Serbuan Tantangan KKN di Wilayah KKB Papua
17 hari lalu
BEM UI Kritik Penganiayaan TNI Terhadap Warga Papua, Dibalas Serbuan Tantangan KKN di Wilayah KKB Papua
Ini berawal saat BEM UI mengunggah kritik yang menyoroti kasus penganiayaan warga di Papua oleh aparat.