TEMPO.CO, Bandung - Kebutuhan tenaga pengajar atau dosen di perguruan tinggi di Indonesia sangat besar. Peluangnya bagi generasi milenial pada 5-10 tahun mendatang terbuka lebar. “Kita perlu banyak sekali dosen karena banyak sekali dosen senior yang masuk pensiun,” kata Mohammad Dimyati, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Bandung, Rabu, 2 Mei 2018.
Baca juga:
Hari Pendidikan Nasional: Anak Tak Aman di Sekolah? Ini Faktanya
Jangan Sembarang Konsumsi Obat Pereda Sakit, Ginjal Taruhannya
Karbohidrat Mempercepat Menopause, Begini Solusinya
Selain itu, menurut Dimyati, angka partisipasi kasar (APK) mahasiswa sekarang baru 31,5 persen, sisanya tidak kuliah. Pemerintah ingin meningkatkan jumlah mahasiswa sehingga kebutuhan dosen pun bakal meningkat. “Menurut saya yang perlu ditingkatkan adalah peluang menjadi dosen yang mau meneliti,” ujarnya.
Saat ini kondisinya tidak semua dosen melakukan penelitian, selain hanya mengajar. Menurut Dimyati, mengajar adalah kerja yang paling sederhana dan menyenangkan. “Tren masa depan itu penelitian untuk mencari inovasi,” kata dia.
Soal penghasilan, menurut Dimyati, karir menjadi dosen menjamin apalagi dengan melakukan riset dan bekerjasama dengan peneliti dari univesitas lain. “Jadi dosen juga punya banyak peluang meneruskan karir kemana saja seperti menteri,” ujarnya.
Saran Dimyati agar generasi milenial bisa menjadi dosen yang bagus, pertama harus punya kecintaan terhadap dunia pendidikan. “Punya passion mengajar agar orang bisa lebih pintar dari dirinya, dan mau melakukan riset untuk mencari sesuatu yang baru.”
Karena syarat menjadi dosen sekarang harus memiliki gelar S2, Dimyati juga menyarankan agar peminat menempuh studinya hingga S3.