TEMPO.CO, Jakarta - Sampai sekarang, penyebab penyakit lupus eritematosus sistemik belum diketahui, meski ada dugaan faktor genetik, infeksi, dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologisnya.
Penanganan penyakit ini pun tergolong sulit sebab pada keadaan awal serangan lupus sering sekali sulit dikenali karena memiliki manifestasi atau gejala yang tidak terjadi secara bersamaan.
Baca: 5 Aktivitas Seksual Ini Tingkatkan Keintiman dengan Pasangan
Di samping pada kulit, beberapa gejala lain bisa terdapat pada otot dan tulang, darah, jantung, paru-paru, dan ginjal, kendati dokter lebih kerap mengidentifikasinya dari manifestasi yang muncul pada otot dan tulang.
"Namun, salah satu tantangan paling sulit dalam pengobatannya adalah bila penyakit ini diiringi sindrom neuropsikiatrik," ujar Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Iris Rengganis, belum lama ini.
Baca: Tips Jadi Bisnisman ala Arie Untung dan Teuku Wisnu
Gejala ini menjadi yang tersulit karena melibatkan begitu banyak pola gejala yang berbeda dan beberapa di antaranya mungkin menjadi tanda penyakit menular atau stroke.
Adapun gangguan neurologis yang umum dialami penderita lupus adalah sakit kepala, meski dia mengatakan sakit kepala pada kasus penyakit ini masih menjadi kontroversi.
Sedangkan manifestasi neuropsikiatrik umum lain dari penyakit ini meliputi disfungsi kognitif, gangguan mood, penyakit serebrovaskuler, kejang polineuropati, gangguan kecemasan, psikosis, dan depresi. Dalam beberapa kasus ekstrem terjadi juga gangguan kepribadian.
Menurut dia, prevalensi lupus berbeda pada tiap negara. Namun pada dekade terakhir terjadi kenaikan kasus yang berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), meski salah satu faktornya adalah kewaspadaan dokter yang meningkat.