TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia tengah berduka setelah berturut - turut terjadi aksi terorisme. Pertama, kejadian penyerangan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok yang menewaskan sejumlah aparat kepolisian. Kedua, pengeboman tiga gereja dan kantor polisi di Surabaya, Jawa Timur.
Alhasil, berita duka ini tengah menjadi pemberitaan hangat di semua media Indonesia, baik media elektronik maupun media online.
Baca juga:
Puasa 2018: Simak 6 Tips Puasa di Cuaca Ekstrem
Aura Maskulin pada Interior, Kenapa Diminati? Cek 3 Resepnya
Tak jarang, anak-anak yang menyaksikan berita-berita tersebut bertanya kepada orang tuanya. Lantas bagaimana cara orang tua menjelaskan situasi tersebut pada anak-anak?
Aktivis pendidikan yang juga kakak dari Najwa Shihab, Najeela Shihab melalui akun Facebook miliknya memberikan tips untuk orang tua menjelaskan tentang terorisme, kekerasan dan situasi darurat pada anak-anak, seperti berikut.
Berbicara dengan anak tentang terorisme, kekerasan dan situasi darurat.
1. Pilih suasana dan waktu yang tepat,
2. Tanyakan perasaan anak dan cari tahu seberapa banyak informasi yang diketahui anak tentang teror/kekerasan. Ajukan pertanyaan, seperti: 'Dengar berita hari ini? Apakah tadi heboh dibicarakan?',
3. Tiap anak memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dan cara mengekspresikan emosi yang unik. Ajak anak untuk mengenali dan mengidentifikasi emosinya,
4. Orangtua/guru harus menunjukkan sikap tenang dan tidak menularkan kekhawatiran yang berlebihan. Hindari menyalahkan dan memperkuat prasangka yang salah terhadap kelompok tertentu,
5. Apabila anak berbagi fakta, opini, atau spekulasi tertentu, ajukan pertanyaan mengenai kredibilitas informasi, seperti: 'Sudah dicek kembali ke website resmi? Apa manfaatnya kalau gambar ini disebar?'. Jadilah teladan bagi anak tentang literasi media dan informasi dengan selalu kritis mengecek kebenarannya.
Baca: Terorisme Tingkatkan Rasa Takut pada Anak, Orang Tua Ikut Andil?
6. Ajarkan anak untuk tahu bereaksi dalam situasi darurat, misalnya bersikap tenang, tahu tanda/lambang keamanan, seperti pintu darurat, hafal nomor telepon orang tua, tahu cara mengungkapkan kecemasan kepada orang dewasa, memahami dan dapat mengikuti instruksi, serta menghindari kerumunan,
7. Ajarkan anak untuk sensitif dan responsif pada lingkungan sekitar, misalnya siapa yang butuh bantuan. Ajari dengan pertanyaan, 'Apa yang bisa kamu lakukan kalau…?' atau 'Bagaimana kita bisa membantu mereka, ya?', dan
8. Diskusikan kejadian sehari-hari maupun berita populer di media massa sesuai usia anak sebagai bagian dari rutinitas keluarga. Hal ini mengajarkan anak mengenai nilai sosial di masyarakat.