TEMPO.CO, Jakarta - Terdapat kesamaan antara Indonesia dan Australia terkait masalah gizi buruk pada penduduknya. Hal ini dikemukakan oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox, di Seminar dan Workshop Kesehatan dan Gizi Remaja, Kementerian Kesehatan Jakarta 15 Mei 2018. Baca: 8 Jurus Bicara dengan Anak Soal Terorisme dan Kekerasan
Kesadaran tentang kesehatan gizi itu penting bagi sebuah negara. Australia sebagai negara yang sudah berkembang, masih menemukan masalah gizi buruk di perkotaan maupun pedalaman negaranya.
“Indonesia bagian barat itu cukup sama dengan kota-kota besar di Australia terkait masalah fast food. Tetapi di pedalaman Australia sama dengan bagian timur Indonesia, yaitu tidak ada akses untuk mendapatkan gizi baik. Informasi dan kesadaran tentang gizi buruk masih rendah, khususnya bagi orang asli Australia di pedalaman. Hal tersebut sama dengan di Papua, Indonesia,” kata Cox pada sesi konferensi pers. Baca: Pasca Bom Surabaya: Ada Prostesis Gratis, Apa Itu?
Permasalahan dengan makanan siap saji di kota-kota besar di Australia mengakibatkan pola makan yang buruk dan obesitas bagi penduduknya. Sedangkan permasalahan ekonomi khususnya kemiskinan mengakibatkan gizi yang buruk.
Di Timur Indonesia mungkin banyak orang yang kurang gizi terkait dengan kondisi ekonomi. Tetapi di Jakarta dan kota-kota lain yang tingkat ekonomi nya baik, gizi buruk terjadi karena kebiasaan remaja yang kurang memenuhi gizi.
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Eni Agustina, mengatakan hanya 30 persen remaja Indonesia yang senang makan sayur dan buah. "Maka program ke depannya, akan ada pencegahan untuk penyakit tidak menular. Agar remaja putri nanti saat melahirkan tidak mengalami komplikasi dan pendarahan. Supaya nanti anaknya tidak lahir dengan stunting karena gizi buruk,” kata Eni. Baca: Waspada Dehidrasi, Efeknya Disfungsi Ereksi, Cek Risetnya
PLT Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementrerian Kesehatan Pattiselano Robert Johan mengatakan remaja merupakan calon pemipin dan pengerak pembangunan di masa depan. "Remaja merupakan masa yang sangat berharga bila mereka berada dalam kondisi kesehatan fisik dan psikis serta pendidikan yang baik," katanya.
Masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang paling sehat. Padahal pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan berpikir dan emosional. Selain itu, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri dan emosional serta pengenalan diri yang bia menimbulkan berbagai masalah. Masalah remaja cukup kompleks, mulai dari masalah prestasi di sekolah, pergaulan, penampilan menyukai lawan jenis dan lainnya. "Berbagai hal itu membawa pengaruh terhadap perilaku dan status kesehatan remaja itu sendiri," kata Pattiselano. Baca: Mau Naik Pesawat? Ini Daftar Barang yang Tidak Boleh Dibawa
Seminar tersebut menyoroti program Right Start dan MITRA Youth dari Nutrition International yang didukung Pemerintah Australia dan Kanada untuk melindungi remaja putri dari anemia serta meningkatkan gizi mereka. Pemerintah Australia telah menginvestasikan dana sebesar $ 2,1 juta (setara Rp 22,1 miliar) melalui proyek MITRA Youth. Proyek ini akan memberikan manfaat bagi para remaja putri di 1.913 sekolah di 20 kabupaten. “Berinvestasi dalam hal gizi selama seribu hari pertama kehidupan anak dan masa remaja putri begitu penting. Karena efek gizi yang buruk selama periode ini dapat berpengaruh seumur hidup,” kata Cox.
ANGGIANDINI PARAMITA MANDARU