TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia atau WHO untuk pertama kali merilis panduan dunia untuk menghilangkan lemak trans dari tiap hidangan di meja makan. Organisasi tersebut menargetkan salah satu jenis lemak tak jenuh ini hilang dari seluruh belahan dunia pada 2023.
Seperti dituliskan pada KORAN TEMPO, Penghapusan lemak trans ini diklaim dapat menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas kehidupan. Salah satunya dari ancaman kematian akibat penyakit kardiovaskular yang disebabkan konsumsi lemak jenis ini. WHO memperkirakan lemak trans menjadi biang keladi lebih dari 500 ribu kematian setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular.
Baca juga:
Menikah dengan Kimmy Jayanti, Intip 4 Gaya Greg Nwokolo
3 Jurus Jitu Berburu Tiket Murah di Situs Online
Tilik Faktor Risiko Kanker Kulit, Hindari Makanan dengan Pengawet
Ada dua jenis Lemak trans atau trans fat. Yaitu trans fat alami dan trans fat buatan. Trans fat alami merupakan lemak tak jenuh yang biasanya ditemukan dalam produk susu dan daging. Lemak trans buatan (atau asam lemak trans) dihasilkan dari proses industri yang menambahkan hidrogen pada cairan minyak sayur untuk membuatnya lebih padat.
Minyak terhidrogenasi parsial pertama kali diperkenalkan ke industri makanan pada awal abad ke-20 sebagai pengganti mentega, dan menjadi lebih populer pada 1950-an hingga 1970-an. Minyak ini banyak digunakan untuk menggoreng dan memanggang makanan, terutama makanan ringan.
Salah satu alasan produsen sering menggunakannya adalah minyak tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama daripada lemak lain.
"Lemak trans adalah bahan kimia beracun yang tidak perlu dan membunuh, serta tidak ada alasan bagi orang di seluruh dunia untuk terus mengkonsumsinya," kata Tom Frieden, mantan Kepala Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan sekarang memimpin inisiatif kesehatan Resolved. Menurut Frieden, upaya tersebut juga harus dilakukan di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah yang sering lemah dalam kontrol penggunaan lemak trans oleh industri penganan.
Duta Besar Global WHO untuk Penyakit Non-Komunik, yang juga mendirikan Bloomberg Philantropies, Michael R. Bloomberg, mengatakan larangan penggunaan lemak trans di New York membantu mengurangi jumlah kasus serangan jantung tanpa mengubah rasa makanan yang disantap warganya.
KORAN TEMPO | DINI PRAMITA