TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyatakan penurunan rata-rata hasil Ujian Nasional untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang turun dari 54,25 pada tahun 2017 menjadi 51,08 pada tahun ini. Baca: Hari Waisak 2018, Ini 9 Tradisi Umat Buddha Rayakan Waisak
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menganggap penurunan hasil nilai ujian nasional sekolah menengah pertama atau UN SMP 2018 adalah hal yang wajar. Kementerian, kata dia, memang tengah meningkatkan standar pendidikan dengan menyisipkan soal dengan daya nalar tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS). “Kalau standarnya kami naikkan, wajar nilainya turun,” kata Muhadjir di kantor Metro TV, Jakarta, Ahad, 27 Mei 2018.
Pengamat pendidikan, Najeela Shihab, menanggapi penerapan sistem HOTS yang mengakibatkan penurunan nilai pada Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) kali ini. Najeela mengaku setuju sekali dengan penerapan HOTS. "Di zaman sekarang, saat arus informasi dengan cepat dan mudah datang, sudah dibutuhkan kemampuan anak bangsa yang kritis. Bukan hanya menghafal,” katanya saat dihubungi TEMPO.CO pada 29 Mei 2018. Baca: Agar Jajanan Pasar Naik Tingkat, Intip Cara Jepang
Menurutnya, penerapan sistem HOTS ini sangat penting. Ini merupakan salah satu upaya (pemerintah) untuk meningkatkan kemampuan anak sekolah dalam proses belajarnya.
Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah cara penerapannya itu sendiri. “Ini agak kebalik,” ucap Najeela, “Kemendikbud menerapkan sistem ini dimulai dari ujian nasional. Padahal, menilai suatu kemampuan anak itu ‘kan tidak hanya dari ujian nasional saja.”
Maka, hal yang wajar jika banyak anak sekolah yang kesulitan dalam menghadapi sistem soal ujian yang menganalisis. Ini disebabkan dengan cara mengajar di Indonesia yang masih banyak menggunakan metode penghafalan. “Sebaiknya, sistem belajar yang seperti ini (HOTS) diterapkan mulai dari proses belajar sehari-hari di sekolah,” kata wanita yang juga mendirikan Sekolah Cikal ini. Baca: Shawn Mendes Justru Merasa Gelisah Semakin Terkenal, Ini Cirinya
Anak-anak harus dikenalkan dan dibiasakan untuk berpikir kritis dalam proses pembelajarannya tiap hari. Oleh karena itu, cara pengajaran dari pihak sekolah maupun guru juga menjadi faktor penting. Guru, sebagai mediator ilmu, harus memberi contoh akan cara berpikir yang kritis, dapat mengidentifikasikan suatu masalah dan juga memberikan solusinya.
Muhadjir mengatakan pemerintah berkukuh akan mempertahankan pemakaian soal HOTS pada ujian tahun depan. Dia mengatakan pemerintah perlu menaikkan standar kesulitan soal untuk memperbaiki pendidikan. Pendidikan di Indonesia, kata dia, perlu diperbaiki untuk mengatasi ketertinggalan atas negara lain. Baca: Pangeran Harry dan Meghan Markle Bulan Madu di Pelosok Afrika?
Menurut Muhadjir, pemerintah dapat saja menurunkan standar soal agar rata-rata nilai siswa naik kembali. Namun dia tidak mau melakukan itu demi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. “Saya tahu kebijakan ini tidak populer, tapi tidak masalah, saya memang tidak cari popularitas,” katanya.
ANTARA