TEMPO.CO, Jakarta - Banyak masyarakat Indonesia belum menyadari serta memiliki pemahaman terkait pengelolaan keuangan, terlebih proteksi dan juga investasi. Sehingga, perencanaan keuangan yang baik untuk masa depan belum menjadi prioritas masyarakat.
Sosiolog, Paulus Wirutomo, menanggapi fenomena yang sayangnya di zaman modern ini masih menghantui pola hidup masyarakat Indonesia. Menurutnya, masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan pemikiran ‘ada rezeki besar, [apalagi kalau bukan hal yang rutin] harus dihabiskan’.
Baca juga:
Kasus Altantuya Shaariibuu, Ini Plus Minus Kekasih Gelap
Komplain Si Dia Banyak Kerja? Belajar pada Anak Ayu Ting Ting
3 Alasan Ruang Makan dan Dapur Harus Disatukan
“Intinya budaya dan nilai di Indonesia masih menganggap kalau sedang mendapat rezeki, ya dinikmati saat itu juga,” ucapnya dalam acara Kampanye Komunikasi #LebihBaikSekarang oleh Sun Life Financial pada 31 Mei 2018 di Plaza Senayan, Jakarta Pusat.
Paulus melanjutkan, nilai atau values yang dianut tiap individu, memiliki peran penting dalam pengambilan keputusannya. Dan dalam hal ini termasuk dalam melakukan perencanaan keuangan.
Nilai itu sendiri terbentuk mulai dari lingkup terdekat dan terkecil, yaitu keluarga. Seharusnya, lanjut Paulus, sejak dini sudah ada interaksi antara orangtua dan anak perihal edukasi tentang perencanaan kebutuhan di masa depan.
“Kalau orang Jawa dulu suka bilangnya, ‘ono dino ono sego’. Yang di mana maksudnya [kurang lebih], setiap hari itu pasti akan ada makanan, nggak usah mikir jauh, besok juga ada lagi pasti,” kata pria yang juga menjadi guru besar Sosiologi di Universitas Indonesia ini.
Pemikiran ini yang disayangkan Paulus. Masyarakat Indonesia terbiasa untuk menghabiskan uang saat itu saja, dalam jangka pendek. Hal itu juga menurutnya masih berlaku sampai zaman sekarang.
“Bingkainya saja yang berbeda. Kalau sekarang dihabiskan untuk jalan-jalan, nongkrong, atau kuliner,” ungkapnya.
Lalu, bagaimana cara mengubah pemikiran tersebut? Paulus menjelaskan bahwa kembali lagi pada peran keluarga yang harus mulai membiasakan untuk mengelola keuangannya, dan diajarkan kepada anak. Selain itu, pemerintah juga berperan penting dalam hal ini.
Ia mengungkapkan adalah langkah baik jika pemerintah sudah mempersiapkan edukasi dan informasi untuk di sebarkan kepada masyarakat. Baik dengan bantuan pelaku industri asuransi ataupun lainnya.
Terakhir, ia juga berharap masyarakat Indonesia tidak lagi berpikir untuk menunda rencana atau pengelolaan keuangan untuk masa depan. “Rubah pola pikir, ‘Yah gimana nanti aja lah’ dengan ‘Nanti gimana ya?’,” ucap Paulus.