TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda terbiasa memantau status teman-teman Anda di Facebook dan media sosial lain? Tidak jarang, orang yang melihat kegiatan rekan-rekan Anda di Facebook, terkadang membuat Anda merasa kehidupan orang lebih baik dari kehidupan Anda.
Perbandingan sosial semacam ini ada kemungkinan bisa membuat Anda merasa semakin depresi. Depresi karena membandingkan diri dengan status sosial orang lain adalah salah satu dari lima masalah mental yang ditemukan dari sebuah studi yang berhubungan dengan media sosial. Studi ini dipresentasikan pada 25 Mei 2018 pada pertemuan tahunan Asosiasi Ilmu Psikologi di San Francisco. Baca: Heboh Nikita Mirzani di Instagram, Tilik Etika di Media Sosial
Dalam studi itu, peneliti menganalisis informasi dari 500 mahasiswa yang aktif menggunakan media sosial dari mulai Facebook, Twitter, Instagram dan Snapchat. Para responden diminta menyelesaikan survei online untuk memeriksa pelaku media sosial tertentu dan gejala dan gangguan depresi yang dialami para pengguna media sosial itu.
Peneliti menemukan bahwa orang yang sangat senang berselancar di media sosial dan mencari hiburan serta membaca berita tidak mengalami depresi. Namun cara mereka menggunakan sosial media yang menghubungkan mereka dengan depresi.
Studi itu menunjukkan orang yang depresi biasanya mengalami lima hal ini:
1. Mereka membandingkan orang lain dengan dirinya. Sering kali mereka berpikir bahwa orang lain mengalami kehidupan yang lebih baik dari dirinya.
2. Masalah perilaku lain, yang juga masalah tertinggi dari survei itu, adalah media sosial berdampak buruk pada pekerjaan dan studi Anda.
3. Anda merasa terganggu bila ditag pada foto-foto yang tidak berguna.
4. Mengunggah foto tidak bersama orang lain.
5. Memiliki lebih dari 300 pengikut.
Penemuan bahwa orang yang depresi cenderung tidak mengunggah foto diri mereka dengan orang lain ada kemungkinan mereka adalah orang yang suka mengisolasi diri seperti yang dijelaskan penulis Anthony Robinson, seorang mahasiswa psikologi di Texas State University. Baca: Tips Menggunakan Media Sosial Pengamat Gaya Hidup Ini
Penting untuk dicatat bahwa studi baru hanya menemukan hubungan antara kebiasaan menggunakan media sosial dan depresi, namun studi ini tidak menunjukkan bahwa orang yang sudah mengalami depresi akan lebih terhubung dengan kelakuan semacam ini.
Masalah yang bisa berdampak pada kesehatan mental, salah satunya adalah masalah kabar bohong dan kebencian yang meracuni media sosial. Hal itu menurut dokter spesialis kedokteran jiwa Andri, sering membuat pengguna Internet merasa tidak nyaman. "Ketidaknyamanan itu banyak dialami pasien-pasien saya," ujarnya kepada Tempo Agustus 2017. Baca: Awas, Media Sosial Bisa Rusak Hubungan Cinta Anda dan Pasangan
Penanggung jawab Klinik Psikosomatik di Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Tangerang, ini menyebutkan banyak pasiennya terganggu oleh kesimpangsiuran informasi di media sosial. Beberapa di antaranya bahkan sangat terpengaruh dan mengalami gangguan kejiwaan. Ia menunjuk contoh kasus gejala psikotik akibat media sosial yang dialami seorang pasiennya, laki-laki berusia 40 tahun. Menurut Andri, pasien tersebut dibawa keluarganya karena tampak kebingungan dan berbicara tentang situasi yang akan terjadi. Saat diperiksa, pasien diketahui mengalami delusi atau waham kebesaran. Dalam sesi wawancara, pasien secara menggebu-gebu mengatakan dirinya bisa menyelamatkan negara dari kehancuran akibat perang saudara.
LIVESCIENCE | KORAN TEMPO