TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh guru terpilih dari Indonesia berkesempatan untuk belajar Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika (STEM) dengan bimbingan para pelatih astronaut di The National Aeronautics and Space Administration (NASA) selama enam hari di Pusat Roket dan Luar Angkasa, Huntsville, Amerika Serikat. Melalui salah satu program rutin yang diadakan oleh Honeywell, Honeywell Educators at Space Academy (HESA), guru-guru dari Indonesia dilatih agar mereka menginspirasi para muridnya untuk menyukai bidang Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika (STEM).
Baca: Honeywell Kirim 10 Guru Indonesia ke Pusat Antariksa Amerika
Salah satu guru terpilih dari Riau menceritakan pengalamannya kepada Tim TEMPO. CO Mohammad Ridwan. Pria 30 tahun berperan sebagai guru biologi di Sekolah Darma Yudha, Pekanbaru. Ridwan mengungkapkan bahwa konsep pembelajaran dan pengajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia sekarang sangat berbeda dengan luar negeri. Dalam penerapannya, kurikulum di Indonesia cenderung menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran serta teknik pengajaran yang cenderung pasif. Pasif dalam artian tidak melibatkan potensi serta peran anak dalam pembelajaran. “Kalau di sana, kurikulum yang mereka terapkan adalah kurikulum yang terintegrasi. Jadi, semua mata pelajaran STEM saling menyatu dengan metode active learning dan project learning, sehingga anak-anak mudah mengingat konsep melalui media pembelajaran yang mudah dan menyenangkan.” jelas Ridwan.
Mohammad Ridwan, Guru asal Pekanbaru, Riau yang berkesempatan belajar ke NASA. Tempo/Mitra Tarigan
Saat berada disana, Ridwan belajar banyak hal yang belum pernah Ia pelajari selama menjadi guru. Ridwan merasa beruntung sebab Ia adalah salah satu guru yang terpilih mewakili Sumatera untuk mengikuti program HESA ini. Proses pendaftarannya memang sangat intens dan ketat. Ridwan menyebutkan bahwa Ia hanya mencoba-coba untuk mengikuti penyeleksian ini. "Awalnya saya coba-coba saja. Saya lengkapi dan kerjakan semua persyaratan di aplikasi online dengan mengisi data diri dan menjawab esai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan."
Ridwan juga menceritakan pengalamannya diajar oleh para astronot NASA tentang astronomi. Ia juga diajarkan konsep sistem saraf oleh salah satu anak asal Afrika Selatan yang juga merupakan alumni program HESA. "Saya diajarkan bahwa belajar Sains itu bisa melalui media mainan," kata Ridwan.
Baca: Minat Menjadi Relawan Saat Traveling Bertambah
Menurut Ridwan, salah satu pemateri menjelaskan tentang saraf. Penjelasan ilmu biologi tentang saraf dilakukan dengan media mainan yang berwarna-warni. "Dengan berbagai variasi warna dan bentuk, anak-anak akan cepat memahami konsep sistem saraf tanpa menghafal banyak bahan bacaan yang membuatnya bosan," kata Ridwan.
Salah satu guru dari SD Negeri Deresan Sleman, Yogyakarta berkesempatan belajar di NASA/Honeywell
Salah satu guru asal Sleman, Nur Fitriana setuju dengan Ridwan. Nur yang mengabdi di sekolah negeri ini tidak menyangka berbagai ilmu sains yang rumit bisa diperagakan dengan permainan. "Salah satu yang diajarkan yaitu bias warna. Mereka memperagakannya dengan manik manik khusus," katanya mengingat pengalamannya itu.
Ridwan dan Nur merasa beruntung mendapatkan kesempatan belajar dengan para pelatih astronot. Mereka meyakini ilmu yang mereka dapat di NASA itu bisa disosialisasikan kepada guru dan komunitas mereka demi membuat pelajaran sains yang rumit menjadi lebih mudah, kreatif dan tidak membosankan.
ALISHA ULFAH FIRDIANI