TEMPO.CO, Jakarta - Depresi berkepanjangan menjadi salah satu ancaman yang menakutkan sekarang ini. Aksi bunuh diri yang dilakukan perancang mode dan pebisnis terkemuka, Kate Spade, pada 5 Juni lalu menggegerkan.
Ya, di balik kesuksesan karir, popularitas, dan kemapanan finansial—hal-hal yang didamba kebanyakan orang—yang sudah diraih, ternyata Spade tengah berjuang melawan gangguan kesehatan mental.
Depresii juga diduga mencengkeram salah satu chef paling berpengaruh di duna, Anthony Bourdain, yang juga bunuh diri 3 hari setelahnya. Kematian mereka pertanda, kesuksesan karier dan harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.
Sayangnya bukan hanya terjadi pada Spade dan Bourdain, generasi milenial saat ini merupakan generasi paling rentan gangguan kesehatan mental.
Baca juga:
Meski Sedih, Neymar Tetap Gaya dengan Tas Seharga Rp 13,3 Juta
Transgender pun Bisa Sukses Berkarir, Ini 4 Contohnya
Kunci Sukses Merintis Bisnis, Intip Pengalaman Lizzie Para
Baca Juga:
Pada Desember tahun lalu situs web Forbes menyebut, 20 persen milenial mengalami depresi. Jumlah ini lebih banyak daripada generasi sebelumnya, baby boomers dan generasi X.
David Michigan, motivator dan pelatih masalah gangguan kesehatan mental asal Paris, Prancis, mengatakan di samping depresi para pekerja milenial juga merasakan tingkat gangguan kecemasan dan stres. Penyebabnya berbagai faktor.
“Kombinasi tuntutan kerja dan gaya hidup yang tinggi serta kondisi krisis ekonomi dan geopolitik berdampak pada kehidupan para milenial,” terang Michigan.