TEMPO.CO, Jakarta - Memotong rambut dan merapikan rambut menjadi kebutuhan sebagian besar pria urban di Indonesia. Setiap bulan sekali atau dua kali, mereka menyempatkan diri pergi ke barbershop untuk merapikan atau mengganti tatanan gaya rambutnya sesuai dengan karakter dan kepribadian. Berkembangnya gaya hidup ini tidak lepas dari sejarah munculnya seniman cukur di Indonesia. Hal inilah yang menginspirasi Chief Company dalam mencari dan menemukan akar budaya potong rambut dan barbershop di Indonesia melalui Chief Barber Voyage 2018, on a mission discovering the origin di 20 kota di Indonesia selama 30 hari.
Baca: Geng Motor Pulang Pagi Rusak Barbershop Odysen di Depok
Marketing Director Chief Company Oky Andries menjelaskan, Chief Barber Voyage 2018 ini merupakan kelanjutan dari misi Chief Barber Voyage 2017 dalam memetakan perkembangan barbershop di Asia Tenggara, Eropa dan juga Rusia. “Sebagai barbershop terdepan Chief Company ingin memetakan sejarah, perjalanan dan perkembangan barbershop di Indonesia hingga masa sekarang ini sekaligus dapat menjadi tolak ukur perkembangan barbershop di Indonesia,” kata Oky di Chief Barbershop & Cofee Kemang, Jakarta pada 19 Juli 2018.
Director Chief Company Fatsi Hakim mengungkapkan mereka akan menjelajahi Pulau Sumatera, Jawa hingga Bali. “Perjalanan ini akan mendokumentasikan perkembangan barbershop berkonsep modern di tanah air yang tumbuh secara pesat 5 tahun belakangan ini sekaligus menyandingkan cerita di balik itu dengan barber atau pangkas rambut tradisional serta menjawab tantangan dari pertanyaan apakah semua seniman cukur di Indonesia berasal dari Garut, ataukah Padang, Madura dan atau Tionghoa,” katanya.
(Ki-Ka) Fatsi Hakim, Director dan Founder Chief Company; Helena Abidin, Marketing Director BMW Indonesia; Oky Andries, Marketing Director dan Founder Chief Company
Dari hasil riset Oky dan Fatsi, sejarah munculnya tukang pangkas rambut dimulai sejak 1677 saat terjadi konflik Amangkurat II dan pemberontakan Darul Islam (DI)/ Tentara Islam Indonesia (TII) di Jawa Barat 1949-1950 yang menyebabkan terjadinya urbanisasi masyakarat ke luar daerahnya mencari penghidupan yang lebih baik. Bahkan sumber sejarah di Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde alias Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda mengungkapkan bahwa tahun 1911 pangkas rambut dilakukan pemangkas rambut orang Madura di Surabaya dan 1931 orang Tionghoa di Medan.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, Chief Barber Voyage 2018 akan menjelajah sejauh 3,168 kilometer di 20 kota di Indonesia. Beberapa daerah itu adalah Medan, Padang, Palembang, Surabaya, Madura dan Bali serta singgah di beberapa kota lain sepanjang perjalanan. “Dipilihnya kota-kota tersebut karena adanya indikasi kemunculan tradisi barbershop sekaligus perkembangan pesat barbershop berkonsep modern yang terlihat dari munculnya beragam barbershop yang menawarkan pelayanan dan gaya rambut dengan akar asal dari Garut, Madura dan Padang,” kata Fatsi.
Fatsi dan Oky akan terbang ke Medan untuk memulai perjalanan mereka. Lalu mereka pun akan melanjutkan petualangan mereka menjelajahi tiga pulau dengan menempuh jarak 3,168 menggunakan kendaraan Sport Activity Vehicle (SAV) terbaru dari BMW yaitu The All-New BMW X3. “The All-New BMW X3 merupakan representasi dari pria urban yang aktif, produktif, adventurous dan mengerti style yang sesuai dengan karakteristik dan kepribadiannya,” kata Oky.
Marketing Director BMW Indonesia Helena Abidin menuturkan The All-New BMW X3, memiliki spirit ‘on a Mission’ untuk menaklukan misi Anda sehari-hari. "Dengan design karakteristik yang tangguh, teknologi termodern (seperti system x-drive), dan interior berkelas, menjadikan pengalaman on the road dan off the road Anda tetap nyaman. To live your independence passionately adalah nafas kerjasama yang saya yakin penting bagi BMW Indonesia untuk mendukung ekplorasi budaya dan bisnis lokal Indonesia,” kata Helena.
Baca: Geng Motor Serang Barbershop di Depok, Begini Kesaksian Korban
Fatsi mengatakan melalui Chief Barber Voyage 2018 X BMW ini Chief Company berharap dapat memberikan gambaran dan manifestasi sejarah perkembangan budaya potong rambut di Indonesia sehingga kedepannya barbershop modern memiliki tolok ukur modern yang tetap berpijak pada muatan lokal setempat. "Selain itu kami berharap dapat juga melakukan perjalanan dan memetakan perkembangan barber culture di kota-kota lain,” kata Fatsi.