TEMPO.CO, Jakarta - Jangan menghindari pembicaraan seputar perbedaan keyakinan dengan pasangan dan menunda-nunda mencari solusi. Seringkali kita suka berpikir, yang dijalani saat ini, kan masih masa pacaran. Belum tentu juga menikah dengan dia.
Baca juga:
Hindari Membahas 5 Topik Ini pada Kencan Pertama
Sering Konflik dengan Pasangan Picu Hormon Stres
Nanti saja memikirkannya. Mau sampai kapan? Jangan berusaha lari dari kenyataan. Cepat atau lambat, perbedaan keyakinan tetap bisa menjadi masalah.
“Lebih baik pahit di awal. Dalam hal ini, Anda harus memahami konsekuensi dan tuntutan keluarga, sehingga arah hubungan menjadi lebih jelas dan bermasa depan dibandingkan menjalani hubungan tanpa arah. Ini bisa menjadi bom waktu yang akan meledak sewaktu-waktu,” ujar Psikolog dari International Wellbeing Center, Jakarta, Tiara Puspita.
Kedua, memilih tetap berhubungan dan berkomitmen menjalani pernikahan beda agama di masa depan. Jika ini pilihannya, maka Anda perlu mempertimbangkan lebih jauh bagaimana dengan keyakinan yang akan dianut anak-anak kelak? Pilihan ketiga, lebih baik mengakhiri hubungan sebelum beranjak lebih jauh.
“Setiap keputusan memiliki konsekuensinya. Mungkin lebih baik, jika salah satu mengalah dan mengikuti keyakinan pasangannya. Namun hal ini juga perlu dipikirkan baik-baik, karena artinya kita harus siap melepas nilai yang selama ini diyakini dan menggantinya dengan nilai yang baru. Meski Anda dan pasangan termasuk orang yang tidak religius, ini tetap berat karena masalah keyakinan bergantung pada pribadi masing-masing, tak boleh ada paksaan dari pihak manapun,” tutup Tiara.