TEMPO.CO, Jakarta - Barangkali hampir semua orang di dunia ini tak pernah mau merasakan apa itu putus cinta. Tak hanya sedih, akibatnya juga bisa sangat mendalam, termasuk bunuh diri. Paling tidak begitu disebutkan Steven Cokro, pembicara dalam acara Lingkar Studi Suicidologi, tentang Putus Cinta & Bunuh Diri, yang digelar Sabtu 28 Juli 2018 di Jakarta.
Baca juga:
Pasangan Bertengkar, Wajarkah? Kapan Disebut Normal?
3 Kebutuhan untuk Setiap Pasangan Supaya Hubungan Tetap Harmonis
2 Kali Gagal Berumahtangga?Tilik Trik Sandy Tumiwa Melawan Trauma
Rasa sedih sendiri saat putus cinta, menurut Steven adalah perasaan yang wajar. “Rasa sedih yang muncul setelah kejadian putus cinta memang wajar dialami oleh seseorang,” katanya. Tetapi, kata lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 2017, ini perlu diingat pula bahwa kejadian tersebut bisa dijadikan sebuah pengalaman yang berharga dan kita bisa berkembang dari pengalaman tersebut.
Terpenting adalah sikap keluarga atau orang dekat menyikapinya. Jangan sampai muncul istilah seperti ini : "Ah, lebay banget lo putus sama dia aja bilang mau mati, paling juga gak akan lo lakuin" atau, "Iya nih, gue aja putus berkali-kali gak kayak elu gitu."
“Keluarga atau orang terdekat harus bisa membantu yang bersangkutan dalam menjalani kehidupan setelah putus cinta,” kata anggota divisi Riset Into The Light Indonesia, ini sambil menambahkan beberapa gejala umum yang harus diwaspadai, karena bisa menjurus pada usaha bunuh diri.
1. Membicarakan keinginan bunuh diri
2. Mencari cara untuk melakukan tindakan bunuh diri
3. Putus asa akan masa depannya
4. Membenci dan menghujat diri sendiri
5. Mengatur segala hal untuk ditinggalkan
6. Mengucapkan perpisahan
7. Menarik diri dari orang lain
8. Perilaku merusak diri sendiri