TEMPO.CO, Jakarta - Stres bisa mengancam para jemaah haji berusia lanjut atau lansia di Makah, ini terkait dengan suhu yang mencapai 53°C. Paling tidak, begitu disampaikan dr. Miftakhul Huda, Sp.KJ yang menangani pasien psikiatri di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah, seperti ditulis dalam siaran pers yang dikirim Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Sabtu 28 Juli 2018.
Baca juga:
Agar tetap Fit, Intip Tips Pilihan Makanan untuk Jemaah Haji
Panas Ekstrim Saat Ibadah Haji, Kaki Jemaah Ini Melepuh
Jemaah Haji Diminta Rajin Semprot Wajahnya dengan Air
Sejak dibuka 17 Juli 2018, Klinik Kesehatan Haji Indonesia telah merawat 17 pasien psikiatri, sebanyak 7 pasien telah kembali ke pondokan, dan mengevakuasi 4 pasien ke Makkah. Jenis kelamin yang paling banyak dirawat adalah laki laki. Jemaah haji yang masih dirawat pada hari ini sebanyak 6 pasien.
Kasus psikiatri umumnya dipicu oleh kondisi sosial dan lingkungan yang sangat berbeda antara Saudi dan Indonesia. Banyak jemaah haji harus beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi sosial yang baru. Selain itu dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan jemaah haji mengalami perubahan tingkah laku.
“Kita tidak dapat mengatakan pasien itu dimensia sebelum diperiksa. Bisa saja dia ke sini karena gangguan adaptasi atau culture shock syndrom. Perbedaan antara kondisi di Indonesia dengan kondisi di sini. Mereka ke sini bertemu dengan kebiasaan dan budaya yang berbeda,” kata Huda.
Huda mencontohkan beberapa kondisi yang memerlukan adaptasi dalam waktu cepat, misalnya penggunaan toilet, bentuk hotel dan kamar hotel yang sama. “Mereka sulit mengenali. Susah mengingat pintu-pintu yang sama. Apalagi mengingat pintu keluar di masjid nomor berapa. Mereka seringkali lupa dan bingung,” jelas Huda.
Huda mengimbau, ketika sampai di Tanah Suci jemaah harus tenang. Semua yang ada disini sudah disiapkan. “Tidak usah khawatir, yang penting jangan terpisah dari rombongan. Kalau ada masalah kesehatan di sini bisa tanya petugas karena kita ada di sekitar Nabawi,” ujar Huda.
Sementara itu, bila menemukan pasien yang stress, Huda menganjurkan agar kita menolong yaitu dengan memberikan kenyamanan kepada jemaah tersebut. “Berikan kepercayaan bahwa dia tidak sendiri disini. Ada kita. Kita memberikan jaminan. Selanjutnya kita lihat kebutuhan pasien. Misalnya dia butuh minum maka kita bantu sesuai dengan kebutuhannya,” tambahnya.
Dalam siaran persnya tersebut, Huda pun menyebutkan jemaah haji beresiko tinggi dengan masalah psikiatri sebetulnya dapat dikenali sejak di Tanah Air misalnya mudah lupa atau sering lupa dimana menaruh barang. Dehidrasi akibat cuaca panas adalah salah satu faktor yang memperberat kondisi pasien.