TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo dianugerahi cucu kedua dari putrinya, Kayiang Ayu. Anak perempuan Kahiyang dan Bobby Nasution itu lahir pada Rabu, 1 Agustus 2018, pukul 05.50, melalui persalinan caesar. Jokowi dan istri, Iriana Widodo, menyambut bahagia kehadiran cucu keduanya. "Kita semua senang," kata Iriana.
Baca: Kahiyang Ayu Melahirkan, Bobby Nasution Bahagia Jadi Ayah
Kelahiran anak pertama Kahiyang Ayu bersamaan dengan awal pekan menyusui sedunia. World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) meluncurkan Pekan Menyusui Sedunia alias World Breastfeeding Week setiap tahun dari 1 sampai 7 Agustus di lebih dari 170 negara untuk mendorong pemberian air susu ibu (ASI) dan meningkatkan kesehatan bayi di seluruh dunia. Apa yang sebaiknya diketahui Kahiyang Ayu dan para ibu baru serta seluruh masyarakat tentang ASI?
Pada 2018, WABA, Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi PBB yang terkonsentrasi pada kesejahteraan anak (UNICEF), dan mitra bekerja sama untuk mempromosikan pentingnya membantu ibu menyusui bayinya dalam satu jam pertama kehidupan. "Kontak kulit ke kulit bersama dengan menyusui pada payudara ibu akan memicu produksi ASI, termasuk kolostrum, juga disebut ‘vaksin pertama’ bayi karena sangat kaya nutrisi dan antibodi," kata dokter spesialis anak, FX Wikan Indarto, dalam keterangan pers, Rabu, 1 Agustus 2018.
Inisiasi menyusui dini dalam satu jam kelahiran dapat melindungi bayi baru lahir dari penyakit infeksi dan mengurangi kematian bayi baru lahir. Memulai menyusui lebih awal terbukti meningkatkan kemungkinan kelanjutan pemberian ASI yang berhasil. Selain itu, ASI eksklusif selama enam bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi dan ibu, di antaranya perlindungan terhadap infeksi saluran cerna dan malnutrisi.
Baca Juga:
Wikan mengatakan ASI juga merupakan sumber energi dan nutrisi penting bagi anak usia 6-23 bulan. ASI dapat menyediakan setengah atau lebih kebutuhan energi anak usia 6-12 bulan dan sepertiga kebutuhan energi anak usia 12-24 bulan. ASI juga merupakan sumber energi dan nutrisi penting selama anak sakit dan mengurangi kematian pada anak yang kekurangan gizi. "Bahkan anak dan remaja, yang saat bayi diberi ASI, jarang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas," ujarnya.
Baca: Kahiyang Ayu Melahirkan, Bobby Nasution Harus Lakukan 3 Hal Ini
Wikan mengutip Flavia Bustreo, WHO Assistant Director-General Family, Women’s and Children’s Health, yang menyatakan pemberian ASI eksklusif merupakan cara terbaik untuk memberikan awal yang terbaik dalam hidup bayi. Otak anak akan mengalami beberapa perubahan yang luar biasa dalam tiga tahun pertama kehidupan. Hubungan serabut saraf terbentuk lebih cepat daripada tahap lain. Selain menyediakan sumber gizi awal yang sempurna, dengan menyusui, ibu juga memberikan cinta dan rasa aman yang tidak dapat tergantikan dengan cara apa pun.
Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock
The Lancet (2013) melaporkan hubungan yang jelas antara pemberian ASI eksklusif dan nilai IQ yang lebih tinggi pada anak usia sekolah, pencapaian prestasi di sekolah, dan karier dalam pekerjaan. Hal ini menyebabkan pendapatan seorang karyawan yang lebih tinggi pada kemudian hari, 12 persen lebih tinggi di negara berpenghasilan tinggi, dan 16 persen di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Namun demikian, manfaat pemberian ASI eksklusif tetap belum terealisasi di banyak bagian dunia. Hanya satu dari lima bayi yang disusui selama 12 bulan pertama di negara berpenghasilan tinggi, sementara sepertiga anak berusia antara 6 bulan dan 2 tahun tidak menerima ASI sama sekali di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hal ini menghambat perkembangan fisik dan mental yang optimal pada jutaan anak. Secara individu, hal ini akan membatasi kemampuan mereka mencapai tujuan pribadi dan sosial. Secara kolektif, ini memiliki dampak negatif yang sangat besar pada masyarakat. "The Lancet juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional sebesar US $ 300 miliar hilang setiap tahun karena kapasitas mental warga negara yang tidak disusui secara eksklusif saat bayi," ucap Wikan.
Pembuat kebijakan di pemerintahan dapat memainkan peran yang jauh lebih besar, dalam hal ini dengan memperbaiki undang-undang agar mendukung ibu menyusui secara eksklusif. Kebijakan ini termasuk meningkatkan waktu cuti hamil, memperkuat kualitas asuhan medis di fasilitas persalinan dengan memasukkan konseling laktasi, dan melindungi ibu terhadap pemasaran agresif pengganti ASI. "Sehingga ibu dapat memperoleh kepercayaan diri terhadap kemampuan menyusui mereka," tutur Wikan.
Senator Australia, Larissa Waters, menyusui anaknya saat menyampaikan pendapatnya dalam sidang parlemen di Parliament House, Canberra, Australia, 22 Juni 2017. Larissa menjadi anggota parlemen pertama di Australia yang membawa anaknya saat bekerja setelah pemerintah mengizinkan pemberian air susu ibu (ASI) di ruang sidang. AAP/Lukas Coch/via REUTERS
Menurut Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, persentase bayi baru lahir di Indonesia yang mendapat IMD kurang dari satu jam, sebagai langkah awal untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif, baru mencapai 42,7 persen. Daerah dengan pencapaian tertinggi adalah Aceh dengan pemberian IMD 57,8 persen. Selain itu, bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 29,5 persen, dengan pencapaian tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 55,4 persen bayi. Pada 2025, target nasional semua negara untuk tingkat pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi naik hingga setidaknya 50 persen.
Baca: Jadi Ayah, Suami Kahiyang Ayu Deg-degan
Untuk mendukung pencapaian SDG, the Global Strategy for Women’s, Children’s and Adolescent’s Health merekomendasikan untuk melindungi dan mendukung pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi di semua negara, termasuk di wilayah dengan masalah kemanusiaan, peperangan, dan bencana alam. Memberikan ASI eksklusif adalah intervensi kesehatan yang hemat biaya atau cost-effective serta praktis dan mudah dalam kontribusi terhadap kelangsungan hidup, kesehatan, dan perkembangan yang optimal pada seorang anak.
Momentum Pekan Menyusui Sedunia 1-7 Agustus 2018 mengingatkan kita semua tentang pentingnya ASI untuk bayi.