TEMPO.CO, Jakarta - Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit hipertensi, Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension bekerja sama dengan PT Omron Healthcare Indonesia menggelar Bulan Tekanan Darah atau May Measurement Month.
Baca juga: Hipertensi, Lakukan Pemeriksaan Tekanan Darah Rutin di Rumah
Pada tahun 2017, May Measurement Month diikuti lebih dari 70.000 orang di 34 propinsi di Indonesia. Adapun pada 2018, lebih dari 120.000 orang di 27 propinsi telah menjalani pengukuran tekanan darah.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Bambang Widyantoro yang juga Ketua Panitia May Measurement Month mengatakan dari hasil pengukuran di tahun 2017 ditemukan bahwa 1 dari 3 orang dewasa dengan rerata usia 41 tahun mengalami peningkatan tekanan darah. Selain itu, diketahui juga bahwa 1 dari 10 orang baru mengetahui bahwa tekanan darahnya di atas normal.
Bambang mengatakan hal menarik yang didapatkan dari hasil penemuan tersebut ialah tingkat pendidikan ternyata memiliki korelasi dengan tingginya level tekanan darah. “Makin baik edukasinya maka tingkat tekanan darahnya semakin baik, ini mungkin karena mereka lebih peduli terhadap kesehatannya,” tutur Bambang.
Tidak hanya dari tingkat pendidikan, perbedaan lokasi tempat tinggal juga cukup berpengaruh. Jika selama ini banyak masyarakat yang beranggapan bahwa hipertensi merupakan penyakit orang kota, ternyata belum tentu benar.
Dari hasil penelitian justru ditemukan bahwa masyarakat pedesaan memiliki tingkat tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini, sambungnya, tidak lepas dari kebiasaan masyarakat pedesaan yang senang mengkonsumsi makanan asin seperti garam dan ikan asin.
Menurut dokter yang juga berpraktek di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ini, hasil survei yang didapatkan tersebut sejalan juga dengan data yang pernah dikumpulkan sebelumnya mengenai studi hipertensi di kawasan pedesaan di Bandung dan Bogor.
Baca: Obat Hipertensi Bisa Lindungi Ginjal? Tilik Keterangan Ahli
Dari hasil survei ditemukan bahwa masyarakat di daerah tersebut banyak mengkonsumsi natrium dan sodium tinggi seperti ikan asin. Selain itu, banyak juga yang mengkonsumsi jajanan yang mengandung banyak garam dan pecin.
“Pola makan yang tidak sehat dikaitkan dengan pengetahuan dan level edukasi yang rendah membuat tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kurang sehingga bisa menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi,” ujarnya.