TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data WHO, di beberapa negara dengan penghasilan rendah dan menengah, terdapat sekitar 11 persen pasien yang terinfeksi setelah menjalani proses operasi atau pembedahan.
Baca juga: Berikut 5 Tip Hindari Terjadinya Infeksi Perut
Sedangkan di Afrika, 20 persen wanita yang menjalani operasi Caesar mengalami infeksi luka, yang berdampak negatif terhadap kesehatan mereka sehingga kesulitan dalam merawat bayi mereka.
Infeksi luka bekas operasi ini dikenal dengan istilah SSI atau Surgical Site Infections. SSI adalah infeksi luka operasi yang disebabkan oleh bakteri yang masuk saat dilakukannya proses operasi yang terlihat 30 hari setelah operasi yang menyebabkan luka pada bagian tubuh manusia.
Ilustrasi infeksi saluran kemih. shutterstock.com
Beberapa SSI yang terjadi relatif ringan, sehingga dapat langsung diobati dengan cepat. Namun, jika dibiarkan, maka akan terjadi infeksi yang dapat menyebabkan seseorang menjadi resisten terhadap antibiotik dan bahkan berujung pada kematian.
Hingga saat ini, SSI masih menjadi salah satu permasalahan dalam pelayanan kesehatan. SSI sering terjadi dalam beberapa prosedur operasi, seperti colorectal, gastrointestinal, cardiovascular, neurologic,skin, ortopedi dan prosedur transfusi.
Baca Juga:
SSI juga telah menjadi infeksi yang paling umum terjadi di beberapa rumah sakit di Amerika Serikat. Angka kejadian SSI di Amerika Serikat sebesar 2-5 persen dari semua operasi rawat inap, dimana setara dengan 160.000 – 300.000 bahaya setiap tahun.
Bagaimana SSI di Indonesia?