Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hormon Tidak Stabil, Waspadai Depresi Pasca Melahirkan

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi wanita depresi. shutterstock.com
Ilustrasi wanita depresi. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Bekasi - Depresi pernah dialami Azani Fitria. Ibu tiga anak ini masih mengingat perlakuan buruknya terhadap anak pertamanya 10 tahun lalu. Azani pernah membakar kain di kamar tidurnya di saat anaknya yang masih bayi, sedang tidur di kasur. "Saya sadar membakar sesuatu di kamar, tapi saya sudah lupa kronologi tepatnya," kata Ani, sapaan Azani pada acara 'The Art of Motherhood: Life After Bebe' di Studio Yoga The Good Prana, Bekasi pada Ahad 26 Agustus 2018.

Baca: Suka Lihat Internet? Awas Penyakit Cyberchondria

Ani berhasil ditolong oleh tetangganya yang sempat melihat asap mengepul. Beruntung api belum terlalu besar, dan Ani yang pingsan di dalam kamar yang terbakar itu berhasil dievakuasi bersama si bayi.

Kejadian kebakaran itu adalah salah satu dampak besar akibat stres yang dialami wanita 34 tahun ini yang pada saat itu berusia 24 tahun. Perlakuan 'berbeda' kepada anak pertamanya sempat dilakukannya dengan mencoba jauh dari si anak. Ani, yang berprofesi sebagai bidan, lebih banyak menghabiskan waktu di kantor atau dinas ke luar kota daripada cepat-cepat pulang dan bermain dengan si kecil yang tentunya membutuhkan perhatiannya. "Saya sampai perlu diingatkan oleh ayah 'Kamu tuh punya anak'," kata Ani.

Tidak hanya itu. Stres tinggi yang dihadapi Ani pun berakibat pada hubungannya dengan suami. Ibu tiga anak ini mengaku sering bertengkar karena hal sepele. Ketika pertengkaran berlangsung pun sempat terucap kata untuk pisah.

Saat itu, Ani sangat suka meledak-ledak, ia pun susah tidur. "Badan itu sebenarnya capek dan lelah, tapi saya sama sekali tidak bisa tidur," kata Ani yang tidak jarang mengkonsumsi obat tidur untuk menangani insomnia.

Acara 'The Art of Motherhood: Life After Bebe' di Studio Yoga The Good Prana, Bekasi pada Ahad 26 Agustus 2016. Tempo/Mitra Tarigan

Keluarga dan orang terdekatnya tidak tahu tentang stres yang dialami Ani. Menurut Ani lingkungan terdekatnya justru menghubungkan perilaku 'aneh' Ani dengan ilmu gaib. Ani disadarkan oleh psikolog secara tidak sengaja bahwa ia menderita stres berat. Saat itu ia hendak melakukan psikotes untuk keperluan pekerjaannya. Sang dokter melihat ada yang yang tidak beres dengan hasil tes itu. "Saya lalu diajak berbicara lebih dalam apa yang terjadi, dan saat itu saya baru diketahui mengalami Postpartum Depression," katanya.

Setelah ditelaah lebih jauh, Ani ternyata sudah mulai merasa mulai tertekan sejak mengandung anak pertamanya. Ia mengandung di saat ia butuh konsentrasi penuh pada kariernya. Ia pun mengaku sempat memiliki masalah hubungan dengan ayahnya. Semua pikiran itu tertumpuk di kepalanya dan seakan 'meledak' saat ia melahirkan si bayi.

Pospartum depression adalah depresi pasca melahirkan. Depresi yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan. Masalah mental ini lebih parah dibandingkan dengan baby blues. "Kalau baby blues, mungkin hanya antara 2 hari hingga 2 pekan saja, tapi kalau Postpartum Deppression pasien bisa mengalaminya hingga tahunan," kata Psikiater Siloam Semanggi Dyani Pitra Velyani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Velly, sapaan Dyani mengatakan cukup banyak orang yang mengalami depresi yang seperti dialami Ani. "1 dari 5 orang ibu bisa mengalami depresi setelah melahirkan. Namun tingkatannya berbeda, dari ringan, sedang hingga berat," kata Velly.

Ilustrasi wanita depresi. shutterstock.com

Depresi membuat kualitas hidup sang ibu tidak optimal. Kualitas hidup yang buruk itu bisa mengakibatkan hubungan kepada pasangan, anak atau keluarga lainnya terganggu. Menurut Velly, sama seperti depresi pada umumnya, depresi bagi ibu sehabis melahirkan itu pun bisa berujung pada bunuh diri. "Orang yang mengalami depresi itu moodnya selalu jelek. Bila sudah parah mereka bisa menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri," katanya.

Ada banyak faktor terjadinya depresi pasca melahirkan. Perubahan fisik yang dirasakan ibu, hingga hormon ibu yang masih belum stabil. "Depresi ini tidak mungkin datang tiba-tiba, turunnya pelan pelan. Penting untuk diketahui oleh para suami dan lingkungan dekat si ibu agar bisa segera tertangani," katanya.

Orang yang mengalami depresi setelah melahirkan kualitas hidupnya tidak seratus persen. Ketika sudah bermasalah dengan dirinya, bagaimana dia bisa fokus mengurus bayi yang baru dilahirkannya. Velly sangat menyarankan agar orang yang mengalami postpartum depression ini segera menemui ahli. "Apakah akan diberikan obat anti cemas, atau anti depresi, atau bahkan tidak dikasih obat, itu tergantung kondisi pasien," kata Velly.

Untuk menghindari para ibu mengalami postpartum depression, Velly menyarankan untuk mengatur gaya hidup sehat. Selain itu, para ibu yang baru melahirkan, diharapkan bisa lebih terbuka kepada pasangannya. "Kalau tidak happy, katakan tidak happy. Talk it out kepada pasangan dan lingkungan terdekat," katanya.

Saat ini Ani merasa masih dalam pemulihan. Ia mengatakan emosi depresi yang pernah dirasakannya saat hamil anak pertamanya, seolah dirasakan oleh sang anak yang saat ini sudah berusia 10 tahun. Untuk meyakinkan si anak pertama bahwa ia juga sangat mencintai putra sulungnya itu, Ani pun selalu memeluknya. "Terlihat perbedaannya, anakku pertama ini lebih emosional dibanding anak kedua dan ketiga," kata Ani yang beruntung tidak mengalami depresi saat mengandung anak kedua dan ketiga.

Baca: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental dengan Menjauhi Depresi

Salah satu upaya pemulihan yang dilakukannya adalah melakukan olahraga, khususnya yoga. "Olahraga sangat membantu saya mengurangi depresi itu," kata instruktur yoga ini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

18 jam lalu

Ilustrasi melahirkan. Shutterstock
Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

Selain memahami bahaya persalinan, ibu hamil juga harus menyiapkan keperluan untuk membantu lancarnya proses kelahiran.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

18 jam lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

1 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

3 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah


Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

3 hari lalu

Ilustrasi anak pemalu. thrivingnow.com
Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial


Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

3 hari lalu

Ilustrasi wanita depresi. (Pixabay.com)
Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.


Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

3 hari lalu

Ilustrasi menopause. shutterstock.com
Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

Pemilik kolesterol tinggi perlu mewaspadai gejala menopause yang kian berat, terutama risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon estrogen.


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

4 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

8 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com/Priscilla du Preez
Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

Psikolog mengatakan kondisi kesehatan mental seseorang ditentukan oleh berbagai faktor. Apa saja?