TEMPO.CO, Jakarta - Di balik konser Syahrini yang sukses, penyanyi fenomenal ini punya segudang cerita yang dibagikan. Salah satunya ngompol saat akan tampil di depan para bonek.
Baca juga: Syahrini Kenang Awal Kariernya, Pernah Ngompol di Depan Bonek
Istilah ngompol yang kita dengar adalah sering dikaitkan dengan masa kanak-kanak. Seperti disebutkan dalam HealthLine, adalah masa di mana hingga seperempat dari anak-anak di dunia mengalami masalah dengan enuresis nokturnal, atau buang air kecil saat tertidur. Sebagian besar anak tumbuh dari kondisi ketika kandung kemih mereka menjadi lebih besar dan berkembang lebih baik.
Tapi, ngompol juga ternyata terjadi pada 1 hingga 2 persen orang dewasa. Mungkin saja jumlahnya lebih tinggi. Maklum, karena beberapa orang dewasa mungkin merasa malu atau tidak mau berbicara dengan dokter mereka tentang masalah ini.
Mengapa orang dewasa bisa ngompol? Banyak penyebabnya dari kondisi hormon, penyakit, juga genetika. Simak beberapa penyebabnya di bawah ini.
Baca Juga:
1. Masalah hormonal
Hormon antidiuretik (ADH) memberi sinyal pada ginjal Anda untuk memperlambat produksi urin. Tubuh Anda menghasilkan lebih banyak hormon di malam hari untuk mempersiapkan Anda untuk tidur. Ini membantu membatasi kebutuhan Anda untuk buang air kecil saat Anda tertidur. Namun, beberapa orang tidak menghasilkan ADH yang cukup atau tubuh mereka tidak merespons dengan baik. Kelainan ADH tampaknya memiliki peran dalam mengompol di malam hari, meskipun ada beberapa teori yang menunjukkan berbagai faktor bergabung untuk menyebabkan masalah.
Kombinasi masalah dengan ADH, kesulitan dalam bangun dan tidur, bersama dengan masalah kandung kemih di siang hari, sering menyebabkan kondisi ini.
Ilustrasi penyakit jantung. Ctntexas.com
2. Penyakit
Kanker dan diabetes melitus menjadi sebagian penyakit yang menjadi pemicu kondisi mengompol ini.
Tumor dari kanker kandung kemih dan prostat, misalnya dapat memblokir atau menghalangi saluran kemih. Ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk menahan air kencing, terutama di malam hari.
Sementara itu diabetes dengan gula darah yang tidak terkontrol dapat mengubah kebiasaan buang air kecil. Ketika gula darah tinggi, jumlah urin pun meningkat akibat ginjal yang mencoba mengelola kadar gula yang meningkat tersebut. Akibatnya bisa mengompol, buang air kecil berlebihan (lebih dari 3 liter per hari), dan sering buang air kecil.
3. Genetika
Mengompol juga ternyata merupakan turunan. Tidak jelas gen mana yang bertanggung jawab untuk mewariskan kondisi ini. Tetapi jika Anda memiliki orang tua yang mengalami enuresis nokturnal, Anda lebih mungkin mengalaminya juga.
Ilustrasi mengompol. Shutterstock
4. Respon Psikologis
Mengompol juga bisa menjadi respons psikologis terhadap trauma. Bencana alam, perang, perkosaan, rawat inap mendadak dan kematian dalam keluarga dapat memicu gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Dalam sebuah penelitian tahun 2000 yang diterbitkan dalam Jurnal Asosiasi Medis Israel, para peneliti mencatat bahwa anak-anak yang selamat dari kecelakaan mobil dan setelah itu melaporkan mengompol juga dapat menunjukkan gejala PTSD lainnya. Dalam situasi yang menimbulkan trauma seperti ini, mengompol dianggap sebagai gejala regresi.
Baca juga: Konser Syahrini Sukses, Apa Kiatnya Hadapi Haters? Hempas Saja!
WEBMD |HEALTHLINE | LIVESTRONG