TEMPO.CO, Jakarta - Wakil presiden Jusuf Kalla viral dengan gerakan jogetnya bersama sang cucu. Juru Bicara JK, Husain Abdullah mengunggah sebuah video pendek di akun Instagramnya. Lewat video itu nampak cucu Jusuf Kalla, Jamila berjoget di dalam kamar. Tiba-tiba muncul Jusuf Kalla muncul dan menghampiri Jamila.
Baca: Joget JK, Aksi Wapres Jusuf Kalla Main Tik Tok dengan Cucunya
Baca Juga:
Video yang ternyata dibuat pada Agustus lalu ini memperlihatkan Jusuf Kalla membuat gerakan sendiri, berbeda dengan gerakan kontemporer yang dilakukan sang cucu. "Joget JK. Gara-gara Tik Tok Jamila dan Papa JK ini viral, saya dapat banyak pertanyaan, goyangnya goyang apa? Saya jawab aja; joget JK," tulis Husain Abdullah di akun Instagramnya, Rabu 26 September 2018.
Husain Abdullah menuturkan kalau Jusuf Kalla memang senang menghabiskan waktu bersama cucunya. "Pak JK biasa bermain dengan cucu, termasuk jalan-jalan bareng cucu, di rumah pun sering kumpul dan bermain dengan mereka," ujar Husain.
Hubungan erat antara kakek-nenek dan cucunya memainkan peran penting dalam kesehatan masing-masing. Penelitian yang dilakukan selama dua dekade menemukan, kualitas hubungan antara dua generasi ini memengaruhi kesejahteraan mental keduanya.
Para peneliti melihat 376 kakek-nenek dan 340 cucu. Kesehatan mental mereka dipantau sejak tahun 1985 sampai 2004. Mereka menemukan, kakek-nenek dan cucu yang akhirnya dewasa yang memiliki kedekatan secara emosional memiliki lebih sedikit gejala depresi.
“Hubungan antara kakek-nenek dan cucu sangat penting. Bahkan, sampai sang cucu tumbuh dewasa,” ujar Sara Moorman, profesor sosiologi di Boston College kepada Live Science.
Peneliti mengatakan, hubungan antara anggota keluarga meningkatkan tingkat harapan hidup. Hubungan ini bisa menjadi sumber dukungan di seluruh kehidupan masyarakat.
Baca: JK Bingung Dugaan Ribuan Barang Kemenpora Diangkut Roy Suryo
Hasil penelitian menunjukkan, selain menjaga kesehatan mental, kedekatan emosional ini akan membuat kakek-nenek merasa berharga. “Misalnya ketika mereka bisa membantu si cucu, meski si cucu sudah beranjak dewasa,” jelas Moorman.
Di antara para peserta penelitian, kakek-nenek yang merasa independen yang bisa memberikan nasihat kepada cucu mereka atau sesekali membelikan hadiah kepada cucu mereka akan memiliki gejala depresi lebih sedikit. Sementara itu, kakek-nenek yang hanya menerima bantuan (tanpa memberi bantuan kepada cucunya) menunjukkan gejala depresi yang lebih tinggi.
Temuan juga menunjukkan pentingnya kemandirian kakek-nenek dalam hal memberi bantuan kepada cucunya akan membantu menangkal efek merugikan dari penuaan yang mengganggu mental dan kesejahteraan emosional kakek-nenek.
“Semua orang akan merasa senang jika mereka dibutuhkan dan dianggap mandiri. Mereka akan merasa hidup mereka lebih berharga,” tutup Moorman.
LIVE SCIENCE | ANINGTIAS JATMIKA | AISHA SHAIDRA