TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan menjadi harga yang sangat mahal ketika kita sakit sehingga penting sekali untuk menjaganya. Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi Johan Winata mengingatkan semakin banyak penyakit kardiovaskular yang dialami masyarakat. "Penyakit yang paling banyak dialami masyarakat saat ini jantung dan stroke, baru diikuti kanker," katanya pada acara Gerakan Semangat Proteksi Diri, BCA dan AIA Luncurkan Proteksi Penyakit Kritis Maksima di Jakarta pada Kamis 11 Oktober 2018.
Baca: Orang Kota Lebih Rentan Kena Penyakit Jantung? Intip Solusinya
Baca Juga:
Menurut Johan, pengobatan penyakit kardiovaskular semakin mahal. Ia mencontohkan, biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang satu ring demi melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat di bagian jantung menguras biaya Rp 80-150 juta. "Ini hanya pemasangan ring, belum penggunaan alat lainnya," kata Johan.
Johan mengatakan, tidak jarang pasien dengan penyakit jantung koroner membutuhkan lebih dari satu ring untuk membuka penyumbatan di area pembuluh jantungnya. Ia melanjutkan seorang pasien bisa mengeluarkan dana Rp 200-250 juta untuk melakukan operasi pemakaian ring yang ditambah dengan operasi serta pengeboran pembuluh darah.
Jumlah dana yang terkuras untuk pengobatan itu tentunya bisa membebani pasien dan keluarganya. Karena itu, ia mengingatkan masyarakat untuk menjaga aset kesehatan yang mereka miliki. Menurutnya, penyakit yang tidak menular ini tidak melihat batasan usia, namun gaya hidup seseorang. "Orang dengan gaya hidup yang buruk seperti merokok, mengonsumsi makanan yang tidak sehat, tidak banyak aktivitas olahraga dan riwayat penyakit keluarga menjadi faktor risiko tinggi mengalami penyakit itu," katanya.
Gaya hidup menjadi salah satu pemicu terbesar dari berbagai masalah penyakit. Kebiasaan seperti mengonsumsi makanan cepat saji dan terlalu sibuk bekerja hingga lupa untuk berolahraga tentunya bisa meningkatkan risiko itu. Faktor ini yang menjadikan penyakit jantung, sebagai penyakit kritis di urutan pertama. Sayangnya, kebiasaan gaya hidup seperti ini semakin dilakukan oleh anak muda. Sehingga tidak jarang anak muda sudah banyak yang menderita penyakit ini.
Baca: Penyakit Jantung Ancam Usia Muda, Cek Tips Mencegahnya dari Ahli
Infrastruktur Indonesia, khususnya Jakarta menurut Johan juga andil dalam meningkatkan penyakit kardiovaskular itu. Ia mengatakan fasilitas umum di Jakarta masih belum memaksa orang untuk olahraga seperti berjalan. "Dulu saya kolesterolnya tinggi, tapi karena saya jalan terus saat menggunakan transportasi umum waktu belajar di Hongkong, kolesterol saya jadi turun. Sayangnya, fasilitas di Indonesia masih kurang membuat kita banyak jalan," katanya.